TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kusta Sedunia diperingati jatuh pada 28 Januari dan di 2024 memilih tema "Kalahkan Kusta". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga negara dengan penderita kusta terbanyak di dunia.
Karena itulah, spesialis dermatologi dan venereologi Willa Damayanti meminta masyarakat mewaspadai perubahan warna kulit di tubuh karena bisa jadi gejala penyakit lepra atau kusta.
"Gejala kusta itu yang pertama kita cermati, yang terlihat, adanya perubahan warna kulit normal. Jadi kulit normal itu bisa lebih gelap atau lebih terang dari kulit normal," katanya dalam diskusi tentang kusta, Selasa, 30 Januari 2024.
Selain perubahan warna kulit, Willa meminta masyarakat mewaspadai penebalan atau pembesaran saraf yang bisa dirasakan melalui nyeri pada saraf. Kemudian, waspadai juga hipoanastesi atau hilangnya seluruh atau sebagian kepekaan kulit dalam menyentuh sesuatu.
"Jadi, kita sebut ada namanya cardinal sign dari kusta, yaitu tanda-tanda penting penyakit kusta. Harus ada dua dari tiga gejala sebagai penegakan untuk diagnosis kusta dan dalam memberikan terapi untuk kusta," ujar dokter di Rumah Sakit Umum Persahabatan Jakarta itu.
Willa memaparkan jika ditemukan sejumlah gejala tersebut, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan kondisi pasien. Pemeriksaan tersebut menggunakan sejumlah indikator seperti menusukkan jarum untuk mengecek apakah ada penurunan kepekaan pada benda tajam serta pemeriksaan dengan kapas untuk mendeteksi kepekaan dalam meraba.
"Jadi biasanya pada penderita kusta otomatis akan berkurang. Apabila dua pemeriksaan itu belum juga mumpuni, belum membawa hasil yang memuaskan, biasanya kita akan melakukan pemeriksaan dengan suhu panas dan dingin," jelasnya.
Menyerang segala usia
Willa mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapa pun, baik anak-anak maupun dewasa. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada usia 25-35 tahun. Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun tubuh meningkatkan risiko kusta.
Meski demikian, Willa menyebut penyakit kusta dapat disembuhkan. Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila mendapatkan sejumlah gejala dan ciri-ciri yang telah disebutkan karena dengan mengenali gejala sejak dini maka penderita kusta dapat diobati dengan cepat dan tepat.
"Lalu, hentikan stigma negatif pada kusta karena memang penyakit ini terlihat dari luar jelas bentuknya memang kadang agak menakutkan. Kalau kita enggak sama-sama untuk memusnahkan, kusta akan terus ada," tuturnya.
Pilihan Editor: Kusta Bisa Sebabkan Kecacatan, Dokter Bagi Saran Pengobatan