Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bahaya Makanan Berlabel Tanpa Gula, Jangan Terkecoh

Reporter

image-gnews
Pemanis buatan (Pixabay.com)
Pemanis buatan (Pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar gizi masyarakat Tan Shot Yen mengatakan pemanis buatan yang pada sejumlah makanan dan minuman berlabel tanpa gula justru lebih berbahaya dibanding gula. Ia menyampaikan hal itu sebagai respons pertanyaan tentang makanan dan minuman yang dilabeli no sugar atau zero sugar.

"Kalau tulisannya no sugar atau zero sugar bisa manis karena apa? Karena ada pemanis buatan. Ada aspartam, xylitol, malitol, pakai sorbitol," ujar Tan dalam siaran berjudul “Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya” di akun instagram Kementerian Kesehatan, Rabu, 7 Februari 2024.

Berdasarkan penelitian, aspartam dapat meningkatkan risiko kanker. "Jadi, hati-hati banget dengan makanan yang mengandung aspartam," pesannya.

Selain itu, dalam studi-studi di luar negeri, penggunaan kata tanpa gula dapat menjadi lebih berbahaya karena ada efek psikologis yang dapat muncul dari penamaan seperti itu.

"Kalau mengonsumsi gula, Anda bakal mikir kan. 'Aduh, kok kebanyakan ya.' Jadi, ada rasa jaga-jaga," katanya.

Efek 5K
Akan tetapi, ketika mengonsumsi sesuatu yang dilabeli dengan nol gula, orang merasa aman karena berpikir tidak ada gulanya sehingga menjadi seenaknya mengonsumsi makanan atau minuman tersebut. Dia mengatakan rasa manis menjadi semacam penghargaan bagi sebagian orang karena rasa manis dapat memicu otak memproduksi hormon dopamin dan serotonin. Hormon ini membuat orang ketagihan.

"Apabila anak-anak mengonsumsi gula secara berlebihan akan ada beberapa efek yang disebut 5K," jelasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia menjelaskan K yang pertama adalah kegemukan. Kegemukan dari konsumsi gula dan dari makanan yang terlalu banyak dikonsumsi. K yang kedua adalah kolesterol, terutama bagi orang dewasa. K yang ketiga adalah kanker.

"Kita sudah tahu bahwa orang-orang yang gemuk, orang-orang yang obesitas itu cenderung mempunyai risiko kanker lebih besar," ujarnya.

Ia menambahkan K yang keempat adalah keropos tulang, seperti yang sering dilihat pada ibu-ibu yang mengeluhkan lututnya sakit kemudian mengetahui mereka terkena osteopeni atau osteoporosis.

"K yang kelima adalah ketagihan," ujar Tan.

Pilihan Editor: Waspadai Gula Tersembunyi pada Makanan yang Bisa Bikin Obesitas

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

5 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

6 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

6 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Bayi, Bukan Cuma Gigi Rusak

6 hari lalu

 Ilustrasi bayi makan MPASI (pixabay.com)
Bahaya Konsumsi Gula Berlebih pada Bayi, Bukan Cuma Gigi Rusak

Tak hanya kerusakan gigi, berikut sederet bahaya konsumsi gula berlebih pada bayi setelah mendapat MPASI.


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

9 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram

10 hari lalu

Pekerja mengemas gula pasir berukuran 1 kilogram di pasar Kramat Jati, Jakarta, Selasa, 14 November 2023. Harga gula naik ke level tertinggi dalam sejarah. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkapkan harga gula saat ini telah tembus Rp 17.000 per kilogram (kg). TEMPO/Tony Hartawan
Bapanas Naikkan Harga Acuan Gula Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Badan Pangan Nasional (Bapanas) merespons kenaikan harga gula di tingkat konsumen. Saat ini harga gula sudah jauh melampaui Harga Acuan Pemerintah (HAP) Rp 15.500 per kilogram. Karena itu, Bapanas menaikan HAP gula mulai 5 April 2024 menjadi Rp 17.500 per kilogram.


Inilah 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

11 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Inilah 5 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

Berikut makanan yang sebaiknya Anda hindari jika Anda menderita diabetes.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

11 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

12 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.