TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah calon anggota legislatif gagal terpilih untuk duduk di parlemen dalam Pemilu 2024, beberapa diantaranya mengalami stres. Maka tekanan mental perlu ditangani dengan mengelola stres sebaik-baiknya.
Aksi caleg stres itu beragam, mulai dari meminta uang kembali hingga kasus viral seorang caleg yang mencabuti batu paving.
Meskipun stres merupakan hal yang umum dan serius, stres sering kali dianggap remeh atau diterima sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Menurut Mental Health Foundation, pada dasarnya, stres adalah respon tubuh kita terhadap tekanan situasi dan peristiwa dalam hidup kita. Tentu saja, setiap orang mengalami stres karena alasan yang berbeda-beda, tergantung pada keadaan sosial dan ekonomi, lingkungan, dan susunan genetik mereka.
Stres yang berlebihan atau stres kronis dapat menyebabkan depresi pada kelompok rentan. Bagi sebagian orang, peristiwa seperti menikah atau memulai pekerjaan baru dapat memicu stres hingga berujung pada depresi. Namun, sekitar 10 persen dari mereka yang terkena dampak menderita depresi meskipun tidak dipicu oleh peristiwa yang membuat stres. Penyebab depresi selain stres bisa jadi karena faktor genetik atau masalah kimiawi pada otak.
Mengelola Stres
Adapun strategi untuk menghindari atau mencegah diri agar terhindar dari depresi yang dapat meliputi:
- Latihan.
Aktivitas fisik 30 menit dalam 5 hari seminggu sudah cukup untuk membuat perbedaan. Aktivitas seperti yoga dan tai chi, yang memperlambat dan membantu Anda rileks, baik untuk mengurangi stres.
- Hindari makan berlebihan atau minum.
Ini mungkin membuat seseorang merasa lebih baik untuk sementara, tapi tidak membantu. Selain berbahaya secara fisik, hal tersebut juga dapat membuat seseorang merasa bersalah dan merasa lebih buruk terhadap diri sendiri. Alkohol yang berlebihan dapat memengaruhi tidur dan membuat lesu keesokan harinya.
- Batasi kafein.
Terlalu banyak dapat membuat seseorang lelah dan membuat stres semakin hebat. Cobalah untuk mengurangi kopi, soda, dan minuman berkafein lainnya.
- Berhenti merokok.
Gagasan bahwa merokok dapat membantu mengatasi stres adalah mitos yang populer. Meskipun nikotin memang membantu membuat seseorang rileks, perasaan itu tidak berlangsung lama dan dapat menimbulkan lebih banyak stres karena ketagihan atau penarikan diri.
- Luangkan waktu untuk diri sendiri.
Lakukan hal-hal yang disukai atau yang membuat kita merasa baik. Bersikaplah santai pada diri sendiri dan fokuslah pada hal-hal yang dilakukan dengan baik.
- Hindari pemicu stres.
Jika kita telah mengetahui sesuatu atau seseorang membuat marah, lakukan apa yang dapat untuk menghindari situasi atau orang tersebut.
- Tidur nyenyak.
Memastikan pikiran dan tubuh mendapatkan istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi stres. National Sleep Foundation merekomendasikan 7 hingga 9 jam untuk orang dewasa setiap malam.
Dilansir dari WebMD, dalam psikiatri dikenal juga dengan bentuk terapi yang disebut ‘Terapi Holistik’. Dalam Terapi Holistik dimaksudkan bentuk terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya kepada bentuk gangguan jiwanya saja, melainkan juga mencakup aspek lain, sehingga pasien diobati secara menyeluruh baik dari segi organ biologis, psikologis, psikososial, maupun spiritualnya atau dengan kata lain terapi holistik adalah bentuk terapi yang memandang pasien secara menyeluruh.
Tantangan dan perjuangan hidup yang berat dan kompleks, perubahan nilai moral dan etika pada gilirannya dapat mengakibatkan ketegangan stres. Stres adalah bagian dari kehidupan yang tak dapat dihindari, oleh karena itu yang harus dilakukan adalah mengatur hidup agar stres tidak menimbulkan reaksi yang disebut distres, yaitu kepatologian yang disertai keluhan fisik atau psikis.
MYESHA FATINA RACHMAN I MICHELLE GABRIELA MOMOLE
Pilihan editor: Generasi Sandwich dan Beban Fiansial Ganda, Begini Cara Mengelola Stres yang Ditimbulkannya