Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perlunya Deteksi Dini untuk Perlambat Perkembangan Glaukoma

Reporter

image-gnews
Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com
Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, Elsa Gustianty, mengatakan deteksi dini penting untuk mencegah glaukoma tidak semakin parah. Pasalnya, pada tipe tertentu tidak ada gejala di awal dan glaukoma tidak dapat diobati.

"Kenapa glaukoma itu banyak sekali menyebabkan kebutaan? Karena di fase awalnya tidak bergejala sehingga orang tidak memeriksakan ke dokter. Mereka tidak aware bahwa mereka itu sakit. Mereka datang pada saat sudah terlambat, lapang pandangnya sudah menyempit seperti melihat dari lubang kunci," katanya dalam bincang "Cegah Kebutaan Akibat Glaukoma" yang disiarkan Kementerian Kesehatan, Jumat, 15 Maret 2024.

Pada glaukoma terbuka awalnya memang tidak ada gejala. Namun pada glaukoma tertutup, gejala yang sering dialami adalah sering pusing dan sakit kepala, termasuk saat banyak membaca atau beraktivitas jarak dekat di tempat gelap. Ia mengatakan tipe glaukoma yang sering ditemukan di Indonesia adalah glaukoma sudut tertutup. Sudut itu adalah sudut bilik mata bagian depan di mana air dalam mata dikeluarkan.

Sementara pada glaukoma akut, tekanan bola mata pada penderita tiba-tiba naik mendadak sehingga mata terasa sakit yang hebat. Biasanya, satu mata berwarna merah dan pandangan langsung buram.

"Sakitnya itu luar biasa sampai bisa mual muntah. Seringnya orang itu salah datang ke emergency, dipikir ini sakit maag atau tumor otak atau apa, tapi salah satunya bisa karena glaukoma serangan akut tadi," paparnya.

Kronis dan progresif
Secara global, 80 juta orang mengidap kondisi itu. Di Indonesia, glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua. Yang pertama adalah katarak. Menurut Elsa, risiko glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia. Satu dari 200 orang berusia 40 tahun ke atas mengalami glaukoma dan peluang terkena meningkat ketika bertambah tua, yaitu satu dari delapan ketika berusia 80 tahun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, apabila ada anggota keluarga yang punya glaukoma maka risiko mengidap menjadi 10 kali lipat. Dia menyarankan yang berumur 40-60 tahun untuk memeriksakan diri sekali dalam 2-3 tahun dan di atas 60 tahun harus periksa setiap tahun.

Glaukoma adalah penyakit yang sifatnya kronis dan progresif, yang merupakan bagian dari penyakit degeneratif pada saraf mata. Dia menuturkan glaukoma dapat menyerang siapa saja namun tidak dapat diobati karena kondisi tersebut adalah efek proses degeneratif, layaknya rambut yang memutih. 

Dia menjelaskan seiring bertambahnya usia akan ada saraf-saraf yang mati. Pada glaukoma, tekanan di mata disebabkan air yang tidak dapat disirkulasikan mata ke pembuluh darah. Karena produksi air berlebih, kemudian ditambah hambatan di penyaluran itu, maka salurannya terhambat. Hambatan tersebut meningkatkan cairan pada mata, hingga akhirnya menekan saraf-saraf serta pembuluh darah di belakang mata hingga akhirnya saraf-saraf itu mati perlahan.

Dia menyebut saraf memiliki keunikan sendiri sehingga ketika ada satu yang mati maka di sekitarnya juga ikut mati. Karena itu, glaukoma bersifat progresif.

Pilihan Editor: 7 Mitos soal Glaukoma dan Faktanya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tips Kontrol Diabetes untuk Hindari Gangguan Penglihatan

7 hari lalu

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Tips Kontrol Diabetes untuk Hindari Gangguan Penglihatan

Spesialis mata membagi tips mengontrol diabetes demi menghindari gangguan penglihatan dengan cara paling utama dan sederhana.


Waspada, Reaksi Kimia pada Petasan Bisa Akibatkan Kebutaan

17 hari lalu

Ilustrasi petasan/kembang api. Shutterstock
Waspada, Reaksi Kimia pada Petasan Bisa Akibatkan Kebutaan

Reaksi kimia akibat petasan bisa akibatkan robekan kelopak atau bola mata, luka bakar mata atau wajah, pengikisan kornea mata hingga kebutaan.


3 Mitos Terkait Gerhana Matahari dan Penglihatan serta Faktanya

20 hari lalu

Ilustrasi menyaksikan gerhana matahari. AP/Shizuo Kambayashi
3 Mitos Terkait Gerhana Matahari dan Penglihatan serta Faktanya

Berikut tiga mitos terkait gerhana matahari dan penglihatan serta faktanya. Lindungi selalu mata saat menontonnnya.


Benarkah Gerhana Matahari Bisa Sebabkan Kebutaan? Dokter Mata Beri Penjelasan dan Saran

20 hari lalu

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)
Benarkah Gerhana Matahari Bisa Sebabkan Kebutaan? Dokter Mata Beri Penjelasan dan Saran

Gerhana matahari memang menakjubkan sekaligus berbahaya dan semua orang mesti berhati-hati. Sinar matahari sangat kuat dan dapat merusak mata.


4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

21 hari lalu

Warga lanjut usia memeriksakan matanya dalam pelayanan kesehatan gratis di Kranji, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (31/1). Pemeriksaan diberikan kepada kalangan warga lanjut usia kurang mampu untuk mencegah bertambahnya angka kebutaan di Indonesia, khususnya perkotaan. TEMPO/Tony Hartawan
4 Masalah Mata yang Mulai Mengganggu di Usia 40-an

Setelah usia mencapai 40-an, risiko masalah mata pun meningkat dan perlu diwaspadai. Berikut empat masalah tersebut.


Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

24 hari lalu

ilustrasi periksa mata (pixabay.com)
Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

Papiledema adalah pembengkakan kepala saraf kedua yang terjadi secara bersamaan antara dua mata. Cek gejalanya.


Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

34 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

Neuroferritinopathy penyakit genetik yang hanya dimiliki sekitar 100 orang di dunia. Bagaimana gejala dan pengobatannya?


Tips Jaga Kesehatan Mata saat Puasa Ramadan

35 hari lalu

Ilustrasi mata kering. shutterstock.com
Tips Jaga Kesehatan Mata saat Puasa Ramadan

Berikut hal-hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mata saat puasa Ramadan agar tak ada masalah serius pada penglihatan.


Guru Besar FKUI Sebut Kaitan Puasa Ramadan dan Upaya Mencegah Glaukoma

35 hari lalu

Visualisasi orang dengan glaukoma/JEC
Guru Besar FKUI Sebut Kaitan Puasa Ramadan dan Upaya Mencegah Glaukoma

Pakar sebut Puasa Ramadan jadi momen tepat menghindari glaukoma dengan mengurangi makanan manis pemicu diabetes.


JEC Group Edukasi Dini Bahaya Glaukoma

36 hari lalu

JEC Group Edukasi Dini Bahaya Glaukoma

Dalam rangka memperingati pekan glaukoma sedunia, JEC Group mengadakan diskusi media dengan tema "Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita"