Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Khawatir Berlebihan, Apa Itu Fobia Masa Depan dan Gejalanya?

Reporter

image-gnews
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan cuaca, kemajuan teknologi, konflik global, dan biaya hidup yang meroket membuat banyak orang khawatir pada masa depan. Kecemasan pun muncul terkait hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seperti kesehatan maupun apa yang terjadi di dunia secara umum.

Maka muncullah fobia masa depan atau futurephobia. Kecemasan akan masa depan pun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Apa itu fobia masa depan?

Fobia masa depan adalah ketakutan intens dan kecemasan akan masa datang dengan ciri terus mengkhawatirkan peristiwa dan situasi yang akan datang. Ini bisa terkait hal-hal khusus yang mempengaruhi Anda atau peristiwa yang sedang terjadi di dunia.

Beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami berbagai peristiwa, seperti pandemi Covid-19, munculnya kecerdasan buatan, ekonomi yang tak stabil, dan perubahan klimat. Semua ketidakpastian itu secara alami berkontribusi pada meningkatnya rasa cemas mengenai masa depan pada banyak orang.

Gejala
Lebih dari itu, paparan terus menerus terhadap berita buruk dan media sosial bisa memperparah kecemasan, membuat kita sulit menjaga pandangan positif dan meredakannya. Berikut gejala fobia masa depan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-Merasa ketakutan
-Merasa cemas
-Gelisah
-Mengantisipasi yang terburuk mengenai hal-hal di masa datang.
-Tak mau membuat rencana jangka panjang atau tetap pada rencana.
-Jantung berdebar dan napas tersengal.
-Gejala fisik seperti sakit kepala, kelelahan, insomnia, berkeringat, gemetar, terutama saat memikirkan atau membicarakan masa depan.

Jika merasakan gejala seperti di atas, coba berkonsultasi dengan dokter atau psikoterapis untuk mendapatkan langkah mengelola kecemasan, demikian dilansir dari Hello Magazine.

Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
-Berlatih mindfulness seperti yoga atau meditasi.
-Latihan pernapasan yang membantu di saat panik.
-Coba teknik relaksasi dalam rutinitas harian untuk menenangkan pikiran dan tubuh.
-Cari dukungan, bisa dari sahabat, keluarga, atau pakar kesehatan mental.
-Prioritaskan tidur dengan durasi yang cukup dan kualitas yang baik untuk mengurangi kecemasan.
-Batasi paparan berita dan media sosial.

Pilihan Editor: Kabar Kanker Kate Middleton Bikin Kita Cemas Kesehatan Sendiri, Lakukan Hal Ini

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Orang-orang Senang Nonton Tema Film Horor?

3 hari lalu

Ilustrasi menonton film horor/seram. Shutterstock
Mengapa Orang-orang Senang Nonton Tema Film Horor?

Salah satu alasan utama orang menikmati film horor adalah untuk merasakan sensasi rangsangan yang dihasilkan.


Apa Saja yang Menjadi Pemicu Begadang?

10 hari lalu

Foto ilustrasi. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Apa Saja yang Menjadi Pemicu Begadang?

Umumnya penyebab begadang dapat beragam, mencakup faktor-faktor gaya hidup, psikologis, dan lingkungan.


Minum Kopi Bisa Memicu Kecemasan?

13 hari lalu

Ilustrasi wanita minum kopi. Foto: Unsplash.com/Freestocks
Minum Kopi Bisa Memicu Kecemasan?

Kandungan kafein dari satu cangkir minum kopi atau teh bisa berbeda kadarnya dipengaruhi proses pembuatan dan jenisnya.


Penelitian Ungkap Marah-marah Baik buat Kesehatan Mental

25 hari lalu

Chef Gordon Ramsay. REUTERS/Edgar Su
Penelitian Ungkap Marah-marah Baik buat Kesehatan Mental

Penelitian menyebut marah-marah bisa mengurangi depresi, stres, dan kecemasan dibanding perilaku yang sopan dan kalem.


Survei: 50 Persen Laki-laki Enggan Mengungkapkan Perasaan karena Takut Dicap Lemah

28 hari lalu

ilustrasi pria sedang berbincang-bincang dengan temannya (Pixabay.com)
Survei: 50 Persen Laki-laki Enggan Mengungkapkan Perasaan karena Takut Dicap Lemah

Survei menemukan fakta sekitar separuh laki-laki responden takut mengungkapkan masalah atau perasaan karena khawatir dicap lemah.


Sama Bahaya dengan FOMO, Ini Alasan Tak Boleh Tenggelam Dalam FOPO

44 hari lalu

Ilustrasi gosip/pertemanan. Shutterstock
Sama Bahaya dengan FOMO, Ini Alasan Tak Boleh Tenggelam Dalam FOPO

Rasa takut beragam, bisa pada opini dari rekan kerja, atau komentar soal pakaian kita, atau sikap yang mungkin aneh buat orang lain adalah ciri FOPO.


Manfaat Berkebun, Mengurangi Stres hingga Meningkatkan Suasana Hati

45 hari lalu

Ilustrasi berkebun. Freepik.com/Senivpetro
Manfaat Berkebun, Mengurangi Stres hingga Meningkatkan Suasana Hati

Berkebun memiliki efek terapeutik


Manfaat Hobi untuk Mengurangi Stres dan Kejenuhan

46 hari lalu

Ilustrasi melukis/produk Studio Sanjunipero
Manfaat Hobi untuk Mengurangi Stres dan Kejenuhan

Hobi kegiatan yang dilakukan secara rutin atau saat waktu senggang


Diet Mediterania Bantu Turunan Kecemasan dan Stres pada Lansia

46 hari lalu

Ilustrasi diet makanan mentah. Freepik.com/Yanalya
Diet Mediterania Bantu Turunan Kecemasan dan Stres pada Lansia

Studi menyebutkan diet mediterania tidak hanya promosikan kesehatan fisik, namun juga turunkan kecemasan pada lansia.


Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

47 hari lalu

Ilustrasi wanita depresi menggenggam ponsel. shutterstock.com
Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.