Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polisi Tangkap Pelaku Eksibisionisme di Bandung, Mengenal Eksibisionis dan Penanganannya

image-gnews
Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandung, Jawa Barat, meringkus seorang pelaku berinisial RJK (19) atas perilaku aksi eksibisionis terhadap pengemudi ojek daring di Mapolresta Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/7/2024). ANTARA/Rubby Jovan.
Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandung, Jawa Barat, meringkus seorang pelaku berinisial RJK (19) atas perilaku aksi eksibisionis terhadap pengemudi ojek daring di Mapolresta Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/7/2024). ANTARA/Rubby Jovan.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria berinisial RJK (19) mempertontonkan tubuhnya dalam keadaan telanjang kepada pengemudi ojek online (ojol) ketika mengambil pesanan makanan. Tindakan eksibisionisme ini menjadi viral di media sosial.

“Ternyata aksi pelaku ini sudah menjadi pembahasan di grup percakapan WhatsApp, yang mengingatkan untuk berhati-hati bila mengirim pesanan ke alamat tersangka," kata Kapolresta Bandung Kombes Kusworo Wibowo di Bandung, Selasa, 30 Juli 2024.

Eksibisionisme meskipun mungkin terdengar asing bagi beberapa orang, merujuk pada suatu kondisi psikologis di mana seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan cara memamerkan alat kelaminnya kepada orang lain yang tidak menginginkannya. 

Dilansir dari psychologytoday.com, perilaku ini sering kali terjadi di tempat umum, seperti di jalanan, taman, atau lokasi-lokasi lain yang terbuka untuk umum. Tindakan eksibisionis tersebut dapat menimbulkan reaksi yang sangat kuat dari orang-orang yang menjadi sasarannya, seperti rasa terkejut, ketakutan, atau bahkan trauma psikologis. Eksibisionisme tidak hanya mengganggu ketertiban umum tetapi juga dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan emosional dan mental korban.

Mengapa Seseorang Melakukannya?

Penyebab eksibisionisme masih menjadi topik yang menarik perhatian para ahli. Beberapa faktor yang mungkin berperan antara lain:

Gangguan mental lainnya

Eksibisionisme seringkali muncul bersamaan dengan gangguan mental lainnya seperti kecemasan sosial, depresi, atau gangguan kepribadian antisosial. Individu dengan kondisi ini mungkin merasa kesulitan dalam berinteraksi sosial dan mencari perhatian melalui cara yang tidak sehat.

Trauma masa kecil

Pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak, seperti pelecehan seksual, dapat meninggalkan bekas psikologis yang dalam dan memicu berbagai masalah perilaku, termasuk ekshibisionisme.

Faktor biologis

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan adanya ketidakseimbangan hormon atau kelainan otak pada penderita eksibisionisme. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini.

Dinamika keluarga

Pola asuh yang tidak sehat, kurangnya kasih sayang, atau adanya konflik dalam keluarga juga dapat menjadi faktor risiko.

Dampak Ekshibisionisme

Eksibisionisme tidak hanya berdampak pada penderita, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya. Beberapa dampak yang mungkin timbul akibat perilaku ini antara lain:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Trauma psikologis

Korban eksibisionisme sering mengalami trauma psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.

Ketakutan akan interaksi sosial

Korban mungkin menjadi takut untuk berada di tempat umum atau berinteraksi dengan orang lain karena khawatir mengalami kejadian serupa.

Kerusakan reputasi

Bagi pelaku, ekshibisionisme dapat berdampak negatif pada reputasi dan hubungan sosialnya.

Konflik hukum

Dalam beberapa kasus, ekshibisionisme dapat dikategorikan sebagai tindak pidana dan berujung pada proses hukum.

Bagaimana Mengatasi Ekshibisionisme?

Eksibisionisme adalah kondisi yang dapat "diobati". Terapi yang tepat dapat membantu penderita mengendalikan impuls seksualnya dan memperbaiki kualitas hidupnya. Beberapa jenis terapi yang umum digunakan antara lain:

Terapi perilaku kognitif: Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita mengenali pikiran dan perilaku yang memicu keinginan untuk memamerkan alat kelamin, serta mengembangkan strategi untuk menghadapinya.

Terapi obat-obatan: Obat-obatan antidepresan dan penstabil mood dapat membantu mengurangi gejala ekshibisionisme, terutama jika kondisi ini terkait dengan gangguan mental lainnya.

Terapi kelompok: Terapi kelompok dapat memberikan dukungan sosial dan kesempatan bagi penderita untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang memiliki masalah serupa.

Pilihan Editor: Polisi Tangkap Pelaku Eksibisionisme di Bandung, Apa yang Dilakukannya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polisi Tangkap Pelaku Eksibisionisme di Bandung, Apa yang Dilakukannya?

47 hari lalu

Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bandung, Jawa Barat, meringkus seorang pelaku berinisial RJK (19) atas perilaku aksi eksibisionis terhadap pengemudi ojek daring di Mapolresta Bandung, Jawa Barat, Selasa (30/7/2024). ANTARA/Rubby Jovan.
Polisi Tangkap Pelaku Eksibisionisme di Bandung, Apa yang Dilakukannya?

Polisi tangkap pria yang mempertontonkan tubuhnya dalam keadaan telanjang kepada pengemudi ojol. Ini hukuman bagi pelaku eksibisionisme.


Apa Itu Mood Booster dan Bagaimana Mendapatkannya?

50 hari lalu

Ilustrasi perempuan mendengarkan musik. Pixabay.com/sweetlouise
Apa Itu Mood Booster dan Bagaimana Mendapatkannya?

Apa itu mood booster? Berikut cara mendapatkannya.


Gejala Autisme Bisa Terdeteksi sejak Bayi, Berikut Penjelasan Dokter Anak

53 hari lalu

Ilustrasi anak autis jalani terapi. shutterstock.com
Gejala Autisme Bisa Terdeteksi sejak Bayi, Berikut Penjelasan Dokter Anak

Autisme secara medis dapat diketahui melalui tumbuh kembang bayi sehingga perlu diwaspadai sejak dini.


Duta Besar AS Minta Maaf atas Kekerasan Seksual yang Dilakukan Tentara pada Perempuan Jepang

9 Juli 2024

Duta Besar AS untuk Jepang, Rahm Emanuel. REUTERS/Issei Kato
Duta Besar AS Minta Maaf atas Kekerasan Seksual yang Dilakukan Tentara pada Perempuan Jepang

Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang menyayangkan tindak kejahatan seksual yang dilakukan personel militer Amerika Serikat yang bertugas di Okinawa


Sering Dapat Informasi Keliru Bikin Remaja Kurang Paham Kesehatan Seksual

25 Mei 2024

Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)
Sering Dapat Informasi Keliru Bikin Remaja Kurang Paham Kesehatan Seksual

Remaja kerap menjadi korban misinformasi yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi. Ini akibatnya.


5 Hal Positif Menjadi Ekstrovert

18 Mei 2024

Ilustrasi wanita mengobrol. Freepik.com/Drobotdean
5 Hal Positif Menjadi Ekstrovert

Seseorang yang memiliki keprbadian ekstrovert punya sejumlah keuntungan. Apa saja?


Psikolog Sebut Pentingnya Pendidikan Seksual pada Anak di Era Digital

21 April 2024

Relawan Yayasan Kepedulian Untuk Anak (Kakak) memberikan sosialisasi dan edukasi untuk warga pada aksi bertajuk Jo Kawin Bocah, Stop Kekerasan dan Eksploitasi Seksual saat pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau Car Free Day (CFD) Solo, Jawa Tengah, Ahad, 24 Juli 2022. Aksi tersebut digelar untuk memperingati Hari Anak Nasional. ANTARA/Maulana Surya
Psikolog Sebut Pentingnya Pendidikan Seksual pada Anak di Era Digital

Peran orang tua sangat penting untuk membuka informasi mengenai kesehatan dan pendidikan seksual kepada anak, khususnya anak perempuan.


Pengaruh Trauma Masa Lalu pada Hubungan Sekarang, Cek Dampaknya

15 April 2024

Ilustrasi wanita meminta maaf pada kekasih/pacar/pasangan. shutterstock.com
Pengaruh Trauma Masa Lalu pada Hubungan Sekarang, Cek Dampaknya

Trauma yang tersisa berisiko merusak hubungan dan bedampak pada kemampuan untuk memilih secara emosional seseorang dalam hidupnya.


Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

5 April 2024

Ilustrasi kekerasan pada anak. health. wyo.gov
Pelaku Kekerasan Anak Biasanya Punya Gangguan Mental

Psikolog menyebut para pelaku kekerasan anak cenderung memiliki gangguan kesehatan mental dan biasanya orang terdekat.


Ini Penyebab dan Cara Dokter Mendiagnosis Impotensi

9 Maret 2024

Ilustrasi disfungsi ereksi. Shutterstock
Ini Penyebab dan Cara Dokter Mendiagnosis Impotensi

Impotensi atau disfungsi ereksi (DE) adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seksual seorang pria.