Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Obat Herbal untuk Kanker

image-gnews
Dok. TEMPO/Robin Ong
Dok. TEMPO/Robin Ong
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Terminologi obat herbal cukup populer dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini bisa jadi dipicu oleh mahalnya harga obat sintetis dan ketakutan masyarakat terhadap bahaya efek sampingnya.

Opini itu tumbuh seiring dengan kecenderungan gaya hidup yang mulai kembali ke produk-produk alami. Di berbagai negara, hal ini dikenal sebagai "gelombang hijau baru" atau dalam bahasa Inggrisnya adalah new green wave. Gerakan ini berupaya menggunakan kembali bahan-bahan yang didapat dari alam.

Selain derita yang ringan, banyak orang menunggu pengembangan obat herbal sebagai alternatif untuk penanganan penyakit mematikan semacam kanker. Apalagi hingga kini belum ditemukan obat spesifik yang bisa menghentikan perkembangan sel kanker pada tubuh pasien. Nah, guna menakar besarnya manfaat terapi obat herbal, khususnya untuk kanker, diperlukan segudang studi untuk menelusurinya.  

Di Indonesia, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Bahan Alam Dr Maksum Radji, belum banyak yang meneliti khasiat obat herbal secara in vivo (langsung kepada pasien kanker) manusia. Namun, secara sektoral, Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta, dan Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya, telah memulainya.

"Di kedua rumah sakit itu, beberapa pasien sudah menggunakan obat herbal," ujar Maksum seusai jumpa media acara Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIV yang bertajuk "Pendayagunaan Produk Bahan Alami dalam Mengatasi Kanker" di Auditorium BPPT, Jakarta, pekan silam. Secara formal, ditambahkan Maksum, tata laksana dari Departemen Kesehatan masih tetap memakai obat sintetis, kemoterapi, dan penerapan teknologi kanker modern. Nah, menurut Maksum, obat herbal diharapkan bisa mendampingi kemoterapi dan satu sama lain saling mendukung.

Menurut hematologis dan internis RS Kanker Dharmais, Profesor Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro, SpPD-KHOM, obat herbal cukup efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien kanker. Pernyataannya itu didasari oleh studi yang dilakukannya kepada 15 pasien kanker nasofaring di RS Dharmais selama satu tahun terakhir.

Dalam studinya itu, Arry memakai jenis obat herbal yang berasal dari ekstrak obat herbal Cina bernama tien-hsien liquid. Obat ini berisi beragam kandungan, di antaranya Cordyceps sinensis, Oldenlandia diffusae, Indigo pulverata levis, dan Polyporus umbellatus.

Studi ini dilakukan terhadap pasien kanker nasofaring yang telah menjalani terapi kemoterapi atau radiasi. Hasilnya, pemberian obat herbal itu selama empat pekan bisa meningkatkan imunitas pasien kanker yang biasanya menurun akibat kemoterapi ataupun radiasi. "Obat herbal di Cina rata-rata meningkatkan fungsi-fungsi sel darah yang berperan dalam respons imun," ujar Arry kepada Tempo seusai menyampaikan presentasinya yang berjudul "Uji Klinik Obat Herbal dalam Terapi Kanker".

Menurut dia, sebagian besar obat herbal tidak mempunyai efek membunuh sel kanker secara langsung--berbeda dengan obat sintetis, yang langsung menyerang sel kanker. "Obat herbal itu bersifat suportif, seperti menimbulkan nafsu makan, menghilangkan rasa sakit, membuat orang tidak lemas lagi, dan meningkatkan daya tahan tubuh," ujarnya. Dia menjelaskan, penelitiannya ini masih bersifat preliminary study atau baru evaluasi pendahuluan. Untuk melihat secara holistik, harus lebih banyak lagi studi yang mesti dilakukan kepada pasien kanker. Demikian pernyataan dokter berkacamata itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam simposium itu juga dipertunjukkan ratusan hasil studi ilmiah para peneliti, di antaranya studi yang dilakukan Ratih Hardika Pratama dan kawan-kawan dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ratih serta rekan-rekannya meneliti efek sitotoksik (memperlemah sel kanker) pada ekstrak etanolik daun awar-awar terhadap sel kanker kolon dan serviks. Ekstrak etanolik daun awar-awar mengandung alkaloid fenantroindolisidin, yang terbukti memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker.

Berdasarkan hasil uji sitoksisitas, didapati bahwa perlakuan ekstrak etanolik daun awar-awar selama 24 jam dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, baik di kolon maupun leher rahim. Efek ini meningkat seiring dengan peningkatan dosisnya. Hasil ini telah menunjukkan bahwa ekstrak tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen kemopreventif pada kanker kolon dan leher rahim.

Menurut Maksum, ada sekitar 300 peserta dari berbagai institusi penelitian, perguruan tinggi, klinisi, dan kalangan industri dalam simposium yang digelar selama dua hari itu. Kemudian sekitar 130 paper ilmiah dipresentasikan, yang mencakup bidang seperti bioteknologi, teknologi farmasi, mikrobiologi, dan fitokimia. Studi-studi itu memang kebanyakan baru sebatas penelitian secara in-vitro (tidak diuji coba langsung pada tubuh manusia).

Lebih dalam, dari 1.056 jenis bahan aktif obat-obatan herbal di Indonesia, baru 2 persen di antaranya lolos sertifikasi Departemen Kesehatan. Contoh bahan herbal yang sudah menjadi fitofarmaka (obat tradisional yang sudah memenuhi syarat untuk dipakai di poliklinik dan rumah sakit) adalah Stimuno--nama merek dagang yang mendapatkan sertifikat fitofarmaka dari BPOM pada 2005. Nama tanamannya adalah Phyllanthus niruri. Tanaman ini sudah diteliti pada hewan uji coba sampai ke manusia.

Ke depan, bukan tidak mungkin ada interaksi antara obat herbal dan modern. Atau sebaliknya, obat herbal malah memperkuat efek dari kemoterapi. Adapun obat herbal masih perlu sinkronisasi dari penelitian di batas in vitro ke penelitian in vivo. Yang, menurut Maksum, masih menjadi kendala adalah perhitungan dosisnya. "Permasalahannya, bagaimana cara memindahkan hasil penelitian dari hewan ke manusia," ucapnya.


Formula Antikanker
1. Sebagai sitostatika (memperlemah sel kanker).
Tapak dara (leukemia), sambiloto, keladi tikus (payudara dan serviks), cakar ayam (serviks serta payudara), kunyit (payudara), temu putih (serviks), kunyit putih, dan mahkota dewa (leukemia serta serviks).
2.Sebagai imunostimulan (meningkatkan daya tahan tubuh).
Echinaceae, meniran, pegagan, sambiloto, dan temu putih.
3. Sebagai antiinflamasi (mengurangi peradangan).
Kunyit, temu putih, kunyit putih, dan sambiloto.
4. Sebagai analgesik (mengurangi sakit).
Kencur.

(Sumber: Lucie Widowati, Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan)

HERU TRIYONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

20 jam lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

8 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

9 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

9 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

10 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

10 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

10 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

14 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

17 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.