TEMPO.CO, Jakarta - Kopi merupakan salah satu minuman paling populer di seluruh dunia dan digemari banyak orang. Namun terlalu banyak minum kopi alias mengonsumsi minuman yang tinggi kafein ini, ternyata juga berpengaruh pada sistem ekskresi yang melibatkan ginjal hingga urine dalam tubuh. Bagaimana hubungannya?
Minum kopi biasanya menjadi kebutuhan sebagian orang yang memerlukan kekuatan untuk tetap fokus dan terjaga saat tengah malam. Sebagaimana diketahui, kopi mengandung kafein, stimulan yang dapat meningkatkan fungsi otak dan meningkatkan metabolisme.
Dilansir dari laman Healthline, Kafein adalah zat psikoaktif yang paling umum dikonsumsi di dunia. Kafein dapat ditemukan di berbagai minuman atau makanan ringan seperti teh, dan coklat tetapi kopi merupakan sumber terbesar kafein.
Menurut sumber terpercaya pada laman tersebut, kandungan kafein dalam satu cangkir bisa berkisar antara 30–300 mg, namun rata-rata cangkirnya sekitar 90–100 mg. Sebagai stimulan, di dalam otak manusia, kafein menghambat fungsi neurotransmitter penghambat (hormon otak) yang disebut adenosin.
Dengan menghalangi adenosin, kafein meningkatkan aktivitas di otak dan melepaskan neurotransmitter lain seperti norepinefrin dan dopamin. Hal ini mengurangi rasa lelah dan membuat tubuh merasa lebih waspada.
Beberapa sumber juga menyebut bahwa batas aman untuk mengonsumsi kopi adalah sebanyak 400 mg per hari atau setara dengan 4 cangkir. Namun, tak sedikit orang-orang yang meminum kopi melebihi jumlah tersebut. Lalu bagaimana efeknya?
Minum kopi dalam jumlah yang tinggi secara terus menerus dapat berdampak pada kesehatan tubuh, salah satunya mempengaruhi sistem ekskresi atau proses pengeluaran zat sisa metabolisme dan racun dari dalam tubuh yang dilakukan oleh organ ginjal hingga menghasilkan urine.
Sering Buang Air Kecil
Untuk diketahui, kafein bersifat diuretik, yang membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan. Artinya, semakin banyak seseorang minum kopi maka dapat membuatnya menjadi lebih sering buang air kecil. Efek diuretik dapat memudar jika seseorang mengonsumsi kafein dalam dosis harian yang sama karena tubuh sudah membangun toleransi.
Urine berbau kopi
Selain meningkatkan frekuensi buang air kecil, minum kopi secara berlebihan juga menyebabkan urine berbau seperti kopi. Kopi dikenal mengandung beberapa senyawa bermanfaat, termasuk polifenol seperti asam hidroksisinamat, yang memberikan aroma khas dan manfaat kesehatan.
Ketika senyawa ini dipecah dalam tubuh, senyawa tersebut menjadi produk limbah yang disebut metabolit, beberapa di antaranya dikeluarkan melalui urin. Metabolit dari senyawa dalam kopi itulah yang dapat menyebabkan urin berbau seperti kopi.
Selain itu, minum kopi juga dapat menyebabkan dehidrasi pada sebagian orang. Saat mengalami dehidrasi, urine menjadi lebih pekat, yang dapat membuat bau metabolit lebih kentara.
Urine yang berbau kopi sering kali tidak berbahaya, namun tetap harus menjadi perhatikan karena itu merupakan tanda bahwa tubuh mengonsumsi terlalu banyak kafein.
Baik Untuk Batu Ginjal
Menurut Healthline, penelitian terkini menunjukkan bahwa konsumsi kafein dapat membantu mencegah pembentukan batu ginjal, zat kecil dan keras yang terbuat dari produk limbah dalam urin yang belum dikeluarkan secara memadai.
Karena kopi memiliki sifat diuretik (yang berarti dapat menyebabkan seseorang lebih sering buang air kecil), orang sering berasumsi bahwa minum kopi dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Namun, data menunjukkan hal yang sebaliknya.
Faktanya, penelitian terkini tentang batu ginjal menunjukkan bahwa penggunaan kafein sebenarnya dapat mencegah batu ginjal. Menurut sebuah studi pada 2021 melalui National Kidney Foundation, kafein, baik dalam teh, soda, kopi, atau alkohol, bersifat protektif dan dapat menurunkan risiko batu ginjal. Bahkan hanya dengan minum 1 cangkir hingga 1,5 cangkir sehari dapat mengurangi kemungkinan terjadinya batu ginjal hingga 40%.
Studi lain yang diterbitkan pada 2021 menunjukkan bahwa mereka yang minum kopi atau teh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami batu ginjal dibandingkan mereka yang tidak minum cairan berkafein.
Dalam studi ini, air terbukti dapat meningkatkan aliran urine, yang menyebabkan peningkatan perlindungan terhadap batu ginjal. Lebih lanjut, tinjauan sistematis dan meta-analisis yang diterbitkan pada 2022 juga menemukan bahwa asupan kafein yang lebih tinggi dapat dikaitkan dengan risiko batu ginjal yang lebih rendah.
HEALTHLINE
Pilihan editor: Kapan Waktu Minum Kopi yang Tepat, Ini Penjelasannya