TEMPO Interaktif, Jakarta - Hamparan karpet-karpet yang terbentang di setiap dinding dan pojok ruangan itu seperti permadani alam raya. Motifnya beragam dan memikat. Tak sedikit pejalan kaki yang melirik. Banyak pula pengunjung yang hilir mudik ke gerai karpet Al Hamd, di kawasan Radio Dalam, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pada suatu hari pekan lalu, seorang wanita setengah baya perlente laiknya istri pejabat pemerintah tengah asyik mengamati karpet-karpet di gerai ini. Tak lama kemudian, pilihannya ke karpet Persia jenis Qom atau Ayatollah Khomaini asal Iran berukuran 2 x 3 meter persegi berbahan wol domba muda.
"Sebentar lagi hari kasih sayang. Saya ingin memberikan kejutan pada suami, mengganti karpet di kamar dengan karpet eksotik ini," bisiknya pelan segera berlalu. Setelah yakin akan pilihannya, ia ngeloyor ke mobil yang menunggunya dan pembayaran diselesaikan oleh stafnya senilai hampir Rp 15 juta.
Menurut Baktiar, Direktur Operasional Al Hamd, sejak pertengahan 2000-an, karpet Persia menjadi pilihan yang selalu diminati dan diburu banyak orang. Dia menjelaskan, keistimewaan karpet jenis ini adalah motif, kualitas bahan, dan pengerjaannya yang sangat detail buatan tangan. Selain fungsional, beberapa pelanggan beralasan memiliki karpet ini untuk investasi, gengsi, dan gaya hidup.
Baktiar menerangkan, karpet Persia seperti mode. Tidak bergantung pada tematik atau momen hari raya nasional, seperti Lebaran, Idul Adha, dan Natal. Jadi, jika merasa bosan dan tertarik pada motif atau warna baru, ya, langsung diganti. Dia mengakui hingga kini karpet Persia masih menjadi primadona dan salah satu bagian penataan rumah tinggal dengan interior modern bergaya Timur Tengah.
Selain itu, keunggulan lain karpet ini adalah motif sulurnya yang ramai, kaya corak, geometris, serta alam tumbuhan dan hewan dari bumi Persia. Misalkan motif bokharu, yang khas berupa geometris bulatan, persegi, dan segitiga. Kemudian motif jaldar berupa suluran bunga dan dedaunan khas Persia.
Ada pula motif nohla, shisla, caharla, dan caucasian, yang umumnya merupakan motif hewan dan tumbuhan atau alam raya bergaya khas. Motif alam sering dipakai untuk gaya klasik dan modern. Sedangkan motif geometris biasanya dipakai gaya etnik dan kontemporer.
Karena keindahan dan eksotika karpet Persia ini, tak mengherankan bila harganya selangit untuk yang buatan tangan. Mulai Rp 10 juta hingga Rp 1 miliar. Wow. Beberapa karpet Persia tempo dulu atau warisan yang pernah menghuni istana dan rumah para raja harganya menakjubkan.
"Meski harganya hingga miliaran rupiah, pembelinya tetap ada untuk investasi. Apalagi karpet yang berusia puluhan atau ratusan tahun tetap diburu orang," tutur Baktiar. Begitulah, di Jakarta, karpet-karpet Persia juga mudah ditemui di gerai-gerai di Jalan Fatmawati. Begitu pun beberapa toko di kawasan Kelapa Gading.
Amri Bachri, pemilik gerai Dunia Karpet di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, menegaskan, karpet Persia memang primadona kaum berkocek tebal untuk rumah tinggal, apartemen, dan hotel. Dia menyebutkan, karpet motif nohla dari wol atau bulu domba dewasa sangat diburu, meski harganya 10 kali lipat dari harga karpet biasa.
"Pemburu karpet Persia adalah kalangan berduit, karena sudah tahu mutunya. Mereka adalah pelanggan lama, bukan orang baru yang mengenal karpet. Di Indonesia peminatnya orang penting, pejabat, artis, dan sosialita," ujar Amri.
Dia menjelaskan, karpet Persia teksturnya sangat khas karena pintalannya memang berbeda. Untuk pengerjaan satu karpet ukuran mini biasa dibikin dua hingga tiga orang di negeri asalnya selama dua hingga tiga pekan.
Adapun karpet motif shila dan caharla terbuat dari bulu domba berusia tiga bulan yang saat dipintal, anyaman benangnya memiliki kepadatan ikatan yang sangat detail. Mulai ratusan hingga ribuan ikatan pada pintalan karpetnya.
Sementara itu, Sativa Sutan Azwar menerangkan, karpet Persia memiliki keunikan dalam pembuatannya, yakni dipintal atau dikerjakan dengan tangan, memakai bahan wol, sutra, atau katun. Memang ada juga karpet Persia buatan mesin, namun orang tetap suka memburu karpet pintalan tangan, meski harganya selangit. "Seperti mode orang memburu busana atau tas bermerek dengan harga ratusan juta. Karpet Persia pun sering dikoleksi sebagai investasi," ujarnya.
Namun, Sativa mengingatkan, soal pemeliharaan dan perawatan karpet Persia ini tidak sembarangan. Biasanya, karena karpet ini dijual oleh gerai khusus yang menyertakan lisensi atau sertifikat, pemeliharaan dan perawatannya ditangani di gerai tersebut. Sebaiknya, bagi pemula, harus menyiapkan diri dengan baik. "Sebab karpet ini barang mahal. Ada sertifikasi, maka perawatannya tidak serampangan."
HADRIANI P