Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Stigma Menambah Beban Obesitas  

sxc.hu
sxc.hu
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Di luar, Rossa, siswi kelas VI sebuah sekolah dasar di Jakarta, selalu tampak gembira. "Tapi setiap kali saya mulai bicara soal bagaimana upaya terbaik untuk menurunkan berat badannya yang kelebihan 10 kilogram, dia selalu diam, bilang 'Udahlah, Ma, mau diapain lagi', lalu dia pergi. Tak jarang dia malah menutup diri di kamar atau menangis," kata Asih, ibunda Rossa. Urusan kelebihan berat badan memang menjadi obrolan tak nyaman buat Asih. Meski cukup paham bahwa kelebihan berat badan bisa membawa masalah kesehatan, ia tak mudah menyampaikan hal itu kepada anaknya.
Menurut psikolog Sani B. Hermawan, seharusnya mengatasi masalah kelebihan berat badan pada anak diawali dengan pemahaman dulu. Sebab, memang ada anak-anak dengan metabolisme berbeda yang membuat mereka mengalami kelebihan berat badan. "Tapi selama itu tidak mempengaruhi social need mereka, seperti ketika mereka jadi enggan untuk bergaul dengan sesamanya, maka tak jadi masalah," kata psikolog dari Klinik Daya Insani, Jakarta Selatan, ini. Intervensi psikologis akan sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang telanjur memiliki citra diri negatif dan bermasalah dalam pergaulan.
Berdasarkan laporan penelitian dari Statistics Canada, obesitas pada anak bisa mengakibatkan masalah psikologis, khususnya yang berusia kurang dari 10 tahun.
Penelitian yang dilakukan dengan sampel anak berusia 10 dan 11 tahun menyimpulkan bahwa anak-anak ini dua kali lebih berisiko memiliki citra diri yang buruk dibanding anak dengan berat badan normal. Penelitian ini dilakukan pada 1994-1995 dan melibatkan 2.879 anak. Anak-anak ini kemudian diwawancarai lagi saat mereka berusia 12, 13, 14, dan 15 tahun.
Peneliti juga menekankan citra diri anak yang kemudian membuat mereka obesitas. "Tapi sebaliknya, karena obesitas-lah mereka jadi punya citra diri yang buruk. Maka kita harus peduli akan masalah obesitas pada anak sedini mungkin," kata Julie Bernier, pemimpin penelitian dari Statistics Canada.
"Lebih parah lagi, anak-anak ini, meski tahu manfaat berolahraga, jadi makin enggan ikut berolahraga, baik karena mereka tak bisa mengikuti dengan mudah, berpikir mereka tidak bisa, maupun mereka jadi terlalu malu untuk melakukannya," kata Dr Glen Berall, pemimpin bagian anak di Rumah Sakit Umum Toronto's North York.
Menurut Sani, sebenarnya orang tua bisa mencegah anak-anak yang kebetulan memiliki kelebihan berat badan ini dari masalah rendahnya citra diri, bahkan jauh sebelum anak mengalami obesitas. "Bantu anak untuk memiliki kepercayaan diri yang kuat. Internal anak dulu yang dijaga," kata dia.
Sani mengingatkan, sambil orang tua membantu anak mengembalikan berat badan anak ke ukuran ideal lewat aktivitas dan perubahan gaya hidup serta pola makan, orang tua juga harus menjaga agar tidak memojokkan anak. "Janganlah memberikan stigma kepada anak, apalagi memojokkan anak karena berat badannya. Perkuat kepercayaan diri anak dengan mendorong anak melakukan kegiatan apa pun yang diminatinya," kata Sani.
Bukan hanya orang tua, lingkungan sekitar tampaknya juga harus mulai berhati-hati dalam menghadapi masalah obesitas. Sebab, berdasarkan penelitian, mereka yang mengalami obesitas tak jarang juga mulai mengalami masalah diskriminasi karena faktor berat badan. Penelitian yang melibatkan 1.500 orang dewasa berusia 25-74 tahun ini disurvei pada 1995 dan dilakukan lagi pada 2005 sebagai bagian dari National Survey of Midlife Development di Amerika Serikat.
Dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh, peneliti dari Purdue University membandingkan indeks massa tubuh partisipan penelitian dengan persepsi mereka terhadap diskriminasi berat badan. Hasil penelitian ini kemudian diterbitkan dalam jurnal Social Psychology Quarterly.
"Seperti kita duga sebelumnya, ternyata mereka yang kelebihan berat badan memang punya masalah kesehatan lebih besar 10 tahun kemudian. Namun ternyata ada perbedaan antara mereka yang merasa obesitasnya itu menjadi penyebab diskriminasi dan yang tidak," kata Markus H. Schafer, pemimpin penelitian dan mahasiswa doktoral di bidang sosiologi dan gerontologi.
Diskriminasi terjadi pada 11 persen partisipan penelitian yang mengalami obesitas moderat dan 33 persen pada mereka yang sangat obesitas. Kedua kelompok ini mengalami penurunan paling tajam dalam hal kemampuan fungsional untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Misalnya, kemampuan untuk naik tangga dan membawa barang.
"Obesitas adalah isu psikologis. Tapi, ketika orang mulai punya interaksi negatif di dunia sosial mereka--termasuk perasaan terdiskriminasi--ini bisa jadi masalah yang semakin buruk dan berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik," kata Schafer. Penelitian ini menyebutkan, banyak orang dengan obesitas yang "Menginternalisasi atau tanpa sadar memasukkan prasangka dan stigma yang mereka rasakan ke dalam diri mereka, dan ini menyebabkan stres, yang sangat mempengaruhi kesehatan mereka."
"Intinya adalah bagaimana keluarga akhirnya bisa menjadi tempat anak untuk menempa kepercayaan dirinya agar tak selalu berfokus pada urusan berat badan. Hargai prestasi anak di bidang apa pun yang diminatinya," kata Sani. Lalu, soal berat badan, pada akhirnya bisa mengikuti. | HEALTHDAYNEWS | VANCOUVERSUN | UTAMI WIDOWATI
Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


6 Masalah Kesehatan yang Bisa Muncul jika Kekurangan Vitamin C

1 hari lalu

Ilustrasi vitamin C (Pixabay.com)
6 Masalah Kesehatan yang Bisa Muncul jika Kekurangan Vitamin C

Vitamin C adalah salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Lantas, bagaimana jika tubuh kekurangan vitamin C?


Kesehatan Kim Jong Un Disorot Lagi

4 hari lalu

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyapa warga saat menghadiri acara perayaan 74 tahun berdirinya Korea Utara, di Pyongyang, 9 September 2022. KCNA via REUTERS
Kesehatan Kim Jong Un Disorot Lagi

Berat badan Kim Jong Un diduga sudah 140 kilogram dan mengalami dermatitis


Efek Merokok 10 Akan Terasa Tahun Lagi, Ini yang Bikin Ketergantungan

4 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Efek Merokok 10 Akan Terasa Tahun Lagi, Ini yang Bikin Ketergantungan

Merokok semakin umum dilakukan masyarakat di Indonesia. Waspada, dampak buruk kesehatan bagi perokok akan dirasakan 10-20 tahun lagi.


7 Startup Kesehatan Dapat Bantuan Permodalan USD 25 Ribu dari Reckitt Indonesia dan Health Innovation Exchange

4 hari lalu

Ilustrasi startup. Shutterstock
7 Startup Kesehatan Dapat Bantuan Permodalan USD 25 Ribu dari Reckitt Indonesia dan Health Innovation Exchange

Ketujuh startup itu yakni Neurabot, Pedis Care, Primaku, Little Joy, KITA, Lovecare, dan Riliv.


Sederet Manfaat Sunat Anak Laki-laki bagi Kesehatan

5 hari lalu

Ilustrasi khitan dewasa. TEMPO/Wahyurizal Hermanuaji
Sederet Manfaat Sunat Anak Laki-laki bagi Kesehatan

American Academy of Pediatrics menyebutkan manfaat kesehatan sunat laki-laki baru lahir dapat mencegah infeksi saluran kemih, kanker penis, dan penularan beberapa infeksi menular seksual, termasuk HIV.


84 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Akui Pentingnya Komunitas Dalam Jaga Kesehatan

7 hari lalu

Ilustrasi lari/herbalife
84 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Akui Pentingnya Komunitas Dalam Jaga Kesehatan

Ada banyak tantangan yang harus dihadapi orang ketika ingin hidup sehat. 84 persen mengakui peran komunitas bisa bantu jaga kesehatan.


77 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Lebih Sadar Jaga Kesehatan Setelah Pandemi

7 hari lalu

Ilustrasi cek kesehatan (Pixabay,com)
77 Persen Masyarakat di Asia Pasifik Lebih Sadar Jaga Kesehatan Setelah Pandemi

Herbalife merilis Survei Asia Pacific Health Priority 2023. Dalam survei itu terlihat bahwa 77 persen masyarakat kini lebih sadar untuk jaga kesehatan


Pedagang Hewan Kurban di Depok Gunakan Barcode untuk Ketahui Kesehatan

12 hari lalu

Sales Promotion Girl (SPG) berpakaian ala koboi berpose saat menunggu pembeli di Mall Hewan Kurban H. Doni, Depok, Kamis, 1 Agustus 2019. Gaya SPG yang berpakaian ala koboi tersebut merupakan upaya untuk menarik minat pembeli. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pedagang Hewan Kurban di Depok Gunakan Barcode untuk Ketahui Kesehatan

Pedagang hewan kurban jenis sapi di Depok, Jawa Barat menggunakan barcode untuk mengetahui keadaan kesehatan dan riwayat hewan.


6 Jenis Kentut dan Ketahui Masing-masing Artinya bagi Kesehatan

18 hari lalu

healthandcaresolution.com
6 Jenis Kentut dan Ketahui Masing-masing Artinya bagi Kesehatan

Kentut dapat menunjukkan banyak hal lain yang terjadi di dalam tubuh.


Soroti Kesenjangan Layanan Kesehatan di Daerah, Ombudsman Gunakan Tiga indikator

19 hari lalu

Ilustrasi Gedung Ombudsman Jakarta. ANTARA
Soroti Kesenjangan Layanan Kesehatan di Daerah, Ombudsman Gunakan Tiga indikator

Ombudsman membeberkan adanya indikasi dalam kesenjangan pembangunan di daerah termasuk di dalamnya mengenai kesehatan.