“Masih banyak orang tua yang menyangkal bahkan menyembunyikan anaknya yang memiliki sindrom autis. Maka dengan film ini saya berharap persepsi masyarakar menjadi positif karena ternyata masing-masing dari mereka memang memiliki bakat yang luar biasa,” ujar Christine Hakim, produser film Love Me As I Am, saat konfrensi pers, Jumat siang tadi di Restoran Siuth Beauty, Jakarta.
Dengan metoda pendidikan yang baik, lanjut Christine, seorang penyandang autisme dapat dituntun menjadi musikus handal, seniman yang luar biasa, dan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan bermain piano klasik yang luar biasa dari seorang Michael Anthony, penyandang autis berusia 8 tahun.
“Michael mempelajari cara bermain musik dari mendengarkan kakaknya main sejak dia kecil. Sekarang kemampuannya telah melapaui kakaknya,” ujar Mentalia, Ibu Michael.
Dr Ricky Avenzora, Sutradara film Love Me As I Am, mengatakan tujuan dari film ini adalah membangun kesadaran masyarakat tentang autisme dalam bentuk pemahaman karakteristik dan juga empati sosial. Karena untuk menangani kasus autisme dibutuhkan peran aktif selain dari ahli medis, namun juga dari institusi pendidikan dan masyarakat umum.
“Tidak jarang dijumpai anak autis yang tidak boleh bersekolah di umum, atau bahkan boleh bersekolah namun orang tua siswa lainnya menolak adanya anak autis itu. Autis tidak boleh dibedakan,” ujar Ricky. RENNY FITRIA SARI