TEMPO Interaktif, LONDON - Sebuah penelitian jangka panjang melaporkan deteksi dini kanker prostat tidak menghentikan kemungkinan kematian akibat penyakit itu. Penelitian selama 20 tahun terhadap 9.000 pria di Swedia itu tidak menemukan perbedaan tingkat kematian akibat kanker prostat antara mereka yang dideteksi berkala atau tidak.
"Deteksi dini kanker prostat ini tampaknya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematian," ujar Gabriel Sandblom, penulis studi sekaligus Profesor di Institut Karolinska Stockholm. seperti dirilis di jurnal BMJ Online.
Deteksi rutin ini dinilai masih kontroversial. Para pengkritik metode ini mengatakan deteksi dini mengarah pada biopsi yang tidak perlu dengan bukti hal itu tidak menyelamatkan nyawa. Selama ini deteksi dini atau pengujian dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tes darah kekhususan antigen prostat (PSA). Yakni terhadap enzim yang dikeluarkan kelenjar prostat untuk melancarkan ejakulasi dan pergerakan sperma.
Dia menuturkan penelitian ini dimulai 20 tahun lalu ketika PSA tidak tersedia dan pengobatan kanker prostat lokal tidak begitu efektif seperti saat ini. Dia juga tidak spesifik menyarankan tes PSA ini untuk pria yang khawatir mengalami kanker prostat.
Penelitian ini dilakukan di Kota Noorkoping pada pria berusia 59 dan 69 tahun pada 1987. Sebanyak 1494 orang menjalani deteksi dini kanker prostat dengan metode pemeriksaan colok dubur (DRE), pada 1993 dengan metode DRE dan PSA.
Pada 1996 mereka menyaring usia responden dan meneliti pria usia 69 saja tahun. Sisanya sebanyak 7532 pria tidak mengalami deteksi dini sebagai kelompok pembanding. Para peneliti melaporkan tingkat kematiannya kedua kelompok tidak jauh berbeda. Ditemukan pula tumor pada kelompok yang dideteksi dini cenderung lebih kecil dan lebih terlokalisasi.
Dr Chad LaGrange, Asisten Profesor Urologi Universitas Nebraska Medical Centre meyakini temuan itu temuan sebenarnya jauh lebih tidak pasti untuk masalah yang sudah komplek. Menurutnya dengan studi yang lebih lanjut pada subyek, pedoman telah menjadi rekomendasi yang kabur. "Kami tidak benar-benar memiliki lagi aturan yang baik," ujar LaGrange menanggapi hasil temuan itu.
Menurutnya masalahnya tidak sesederhana deteksi PSA, tetapi pasien harus berkonsultasi pada dokternya. Berita gembiranya ternyata angka kematian akibat kanker prostat menurun. Namun dia tak bisa memastikan apakah karena deteksi yang lebih baik atau perawatan yang lebih baik. "Kami melakukan sesuatu yang benar," ujarnya.
Baik pemerintah Inggris atau Masyarakat Kanker Amerika tidak merekomendasikan deteksi dini rutin untuk para pria karena tes. Alasannya PSA tidak terlalu dapat diandalkan. Makalah lain juga gagal menunjukkan manfaat deteksi dini tersebut.
AP/HEALTHDAY/DIAN YULIASTUTI