TEMPO Interaktif, Jakarta -Pengobatan herbal kini banyak dipakai menjadi alternatif pengobatan kanker. Namun Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyarankan pengobatan herbal menjadi pengobatan penunjang bukan yang utama. "Sebaiknya semua tetap pengobatan medis," ujar Ketua Bidang Pendidikan dan Penyuluhan YKI Sumarjati Arjoso di kantornya.
Sumarjati mengatakan saat ini banyak warga lebih memilih berobat alternatif dan mendapatkan informasi yang belum tentu benar. Dia juga mencontohkan ada pula pengobatan alternatif dengan informasi memindahkan penyakit ke binatang tertentu. Kemudian jika penderita tidak sembuh akan membawa mereka berobat medis kembali.
"Sering mereka balik lagi dengan kondisi lebih parah, pengobatan jadi lebih mahal," ujar mantan Kepala BKKBN ini.
Menurutnya pengobatan medis tetap harus dipakai sebagai acuan pengobatan kanker. Pengobatan herbal, kata dia, sebagai pengobatan penunjang. Dia pun menyebutkan beberapa tumbuhan yang dapat ikut membantu pengobatan seperti kunyit putih, daun sirsak, buah merah atau sebagainya.
Kanker menjadi penyakit pembunuh nomor lima di Indonesia. Angka kanker tertinggi adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Meski belum ada penelitian yang lebih rinci, diperkirakan 20 orang per hari ditengarai menderita kanker yang disebabkan Human Papiloma Virus ini. Diperkirakan pula terdapat 24 orang penderita baru muncul kena penyakit ini .
Baca Juga:
Saat ini terdapat 10 jenis kanker yang paling banyak ditemui di Indonesia seperti kanker leher rahim, payudara, hati, paru, kulit, nasofaring, kelenjar getah bening, usus besar, dan trofoblas panas. DIAN YULIASTUTI