TEMPO Interaktif, Jakarta - Bukan hanya hilangnya sejumlah ingatan, para ahli terus mencari pertanda munculnya penyakit demensia. Terakhir, para peneliti menemukan orang-orang yang tidak lagi bisa mengenali sarkasme atau kebohongan orang lain yang diduga menjadi salah satu gejala demensia.
Para peneliti dari University of California, San Francisco, ini berharap temuan mereka bisa membantu para dokter untuk mendiagnosis tipe demensia apa yang diderita pasien dan kapan mulai timbul. Peneliti juga berharap dengan demikian demensia akan lebih cepat ditangani.
"Perbedaan jenis demensia cenderung membuat pasien kesulitan mengidentifikasi bentuk sarkasme. Ini yang kami gunakan dalam penelitian kami," kata Katherine P. Rankin, pemimpin penelitian, ahli neuropsikologi, sekaligus profesor neurologi.
Ketika banyak pasien demensia yang bisa dengan mudah mengenali kebohongan, pasien demensia frontotemporal ternyata tidak mampu mengenali kebohongan atau sikap sarkastik
Hasil penelitian ini rencananya akan dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Academy of Neurology in Honolulu, Kamis pekan ini.
Baca Juga:
Untuk penelitian ini, Rankind dan timnya meminta 175 orang, dengan lebih dari separuhnya mengidap demensia, untuk menonton video berisi dua orang yang sedang berbincang-bincang. Dalam beberapa bagian salah satu orang akan berbohong atau bersikap sarkastik.
Pada saat ini peserta diberikan pertanda verbal dan nonverbal untuk membantu mengenali kebohongan dan sikap sarkastik ini. Lalu, peserta diberi pertanyaan dengan menjawan ya atau tidak tentang apa yang sudah mereka tonton.
Hasilnya, orang yang sehat dengan cepat bisa mengenali kebohongan dan sarkasme, tapi mereka yang mengidap demensia frontotemporal tampak kesulitan membedakan antara kebohongan, sarkasme, dan fakta. Tapi, hal ini tidak terjadi pada pengidap jenis demensia lain seperti misalnya pada penyakit alzeimer .
Kemampuan mengidentifikasi kebohongan memang berpusat di cuping frontal otak manusia, yaitu bagian yang mengalami kerusakan pada pengidap demensia frontotemporal.
"Penyakit ini biasanya terjadi pada mereka yang berusia kurang dari 65 tahun. Gejala lainnya misalnya perubahan dramatis dalam perilaku dan kepribadian pengidap yang tampak seperti depresi atau krisis paruh baya yang seringkali tidak dikenali secara serius," kata Rankin.
I HEALTHDAY NEWS / UTAMI