Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Emosi Tinggi Sebabkan Bau Badan

image-gnews
www.sxc.hu
www.sxc.hu
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Percaya diri banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan, baik dari diri sendiri maupun faktor eksternal. dr. Hanny Nilasari, SpKK, dokter spesialis kulit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menuturkan banyak perempuan tidak menyadari bahwa stres, grogi, dan bentuk emosi apa pun dapat menyebabkan metabolisme tubuh mendadak meningkat dan keluarlah emotional sweat.

Selain itu, stres, emosi, kelembapan, panas, dan gerakan ringan pun dapat menyebabkan munculnya keringat. "Bentuk emosi lainnya, seperti tertawa dan menangis, juga menyebabkan emotional sweat. Keringat berlebih ditambah dengan keadaan lembap di lipatan tubuh yang disukai oleh bakteri akan membuat bau tidak enak yang memengaruhi kepercayaan diri," ujar Hanny.

Berkeringat memang tidak bisa dihindari oleh setiap orang, terlebih itu merupakan tanda tubuh yang sehat. Namun, berkeringat yang menimbulkan bau tidak sedap malah akan merugikan penampilan kita. Jika mengurangi bau keringat, perempuan harus menghindari berbagai makanan berserat.

Sebab, makanan berserat ini akan membuat metabolisme di lambung menjadi buruk dan akhirnya menimbulkan hasil pembakaran yang beraroma tidak enak. "Daging dan makanan yang memiliki aroma tajam tertentu, seperti bawang putih, bawang merah, dan bawang bombai, akan memengaruhi bau keringat tak enak yang keluar dari tubuh. Untuk mengurangi bau keringat itu, Anda harus banyak mengonsumsi segala buah dan sayuran," ujar Hanny.

Patut juga diwaspadai bahwa terlalu banyak keringat yang keluar bisa mengindikasikan seseorang mengidap suatu penyakit. Untuk itu, Hanny melanjutkan, biasanya dokter akan melakukan anamnesis penelusuran, apakah ada indikasi terjadi kelainan secara sistemik. Setelah itu, dilanjutkan dengan tes fisik laboratorium sesuai dengan kelainan yang terjadi, apakah di kelenjar gondok atau di jantung.

"Jika keringat berlebihan itu terjadi pada bagian tertentu saja dalam tubuh, kami akan lakukan iodine test. Kami akan taburkan tepung di bagian yang berkeringat itu dan akan terlihat besar produksi keringatnya," ujar Hanny.

Salah satu sumber kemunculan emotional sweat berlebihan adalah konflik yang sebenarnya biasa kita alami sehari-hari. Konflik dalam kehidupan sehari-hari memang tidak bisa dihindari, terlebih di dunia yang menuntut profesionalitas seperti kantor.

Survei membuktikan enam dari sepuluh perempuan Indonesia mempunyai masalah di tempat kerja. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup perempuan yang sangat kompleks dan menuntut untuk menjalani semua peranan dengan sebaik-baiknya.

"Ketika berinteraksi dalam peran masing-masing itulah ada potensi konflik," ujar psikolog Ratih Ibrahim dalam sebuah seminar tentang kepercayaan diri dan sukses dalam karier yang diadakan sebuah produk deodoran di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ratih menambahkan konflik yang setiap saat selalu hadir ini dapat ditangani dengan baik melalui beberapa cara. Di antaranya mendinginkan pikiran, bersifat fleksibel, melihat konflik dari sudut pandang lebih luas, dan tidak lupa memiliki antisipasi terhadap kemungkinan datangnya masalah.

"Intinya, konflik harus dihadapi dengan menumbuhkan rasa percaya diri. Dengan percaya diri, kita akan lebih tenang menghadapi semua masalah. Percaya diri ditumbuhkan dengan inner dan outer beauty serta good in preparation," kata Ratih.

Menurut Rene Suhardono, seorang pelatih karier, bila tidak dikelola dengan baik, dinamika kerja dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan, dapat menjelma menjadi politik kantor yang meresahkan. Secara umum, 75 persen dari energi dan waktu kerja akan dihabiskan untuk menghadapi konflik dengan atasan.

"Dengan begitu, mengapa tidak menggunakan energi untuk menghadapi konflik itu dengan usaha baru saja. Karena kerja dan karier adalah hal yang berbeda," tutur Rene.

Menurut Rene, karier adalah segala hal yang berkaitan dengan passion dan tujuan hidup. Sementara, kerja hanyalah sebuah alat mencapai karier yang berhubungan dengan interaksi kantor. Seseorang dapat berpindah kerja untuk mencapai karier yang diinginkan. Dan cara untuk menentukan karier yang cocok sesuai dengan passion kita dapat dinilai dengan ketidaksabaran kita melakukan hal tersebut.

"Passion kita memang sering lebih dari satu. Tapi, kita harus memilih yang paling membuat bahagia dalam menjalaninya serta percaya akan sukses. Kepercayaan diri dapat ditempuh dengan menjadi yang pertama, menjadi yang terbaik, dan menjadi yang paling berbeda," tutur Rene.

RENNY FITRIA SARI

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Manfaat Minum Air Hangat bagi Kesehatan

4 hari lalu

Ilustrasi air hangat. shutterstock.com
6 Manfaat Minum Air Hangat bagi Kesehatan

Berikut sederet manfaat minum air hangat bagi kesehatan di pagi hari atau malam hari sebelum tidur.


Inilah Bahaya Mengonsumsi Garam Berlebihan pada Ginjal

5 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
Inilah Bahaya Mengonsumsi Garam Berlebihan pada Ginjal

Konsumsi garam yang berlebihan juga dapat memiliki dampak serius pada kesehatan ginjal dan sistem kardiovaskular.


Konsumsi Pil Putih Tak Bermerek Akibatkan Mabuk Kecubung di Kalsel

7 hari lalu

Kecubung. Foto : Shutterstock
Konsumsi Pil Putih Tak Bermerek Akibatkan Mabuk Kecubung di Kalsel

Bukan buah kecubung, namun korban konsumsi pil putih tak bermerek yang akibatkan mereka mabuk.


4 Risiko Mengonsumsi Biji Pepaya Secara Berlebihan

7 hari lalu

Ilustrasi buah pepaya. (Pixabay/nightowl)
4 Risiko Mengonsumsi Biji Pepaya Secara Berlebihan

Mengonsumsi biji pepaya yang berlebihan dapat memiliki efek buruk lantaran konsentrasi senyawanya tinggi,.


Ada Pizza hingga Sandwich, Inilah 5 Makanan yang Mengandung Garam Tinggi

11 hari lalu

Ilustrasi pizza. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Ada Pizza hingga Sandwich, Inilah 5 Makanan yang Mengandung Garam Tinggi

Berikut daftar makanan yang mengandung garam dengan jumlah tinggi yang perlu diwaspadi.


Inilah Risiko Kesehatan Jangka Panjang jika Tubuh Mengonsumsi Garam Berlebihan

11 hari lalu

Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com
Inilah Risiko Kesehatan Jangka Panjang jika Tubuh Mengonsumsi Garam Berlebihan

Berikut bahaya kesehatan jangka panjang dari kandungan garam yang berlebihan dalam tubuh.


Radiasi Tinggi Ponsel Dapat Berisiko pada Kesehatan, Ini Penjelasannya

12 hari lalu

Dilansir Down To Earth, setidaknya ada 4 dampak radiasi ponsel terhadap kesehatan Anda.
Radiasi Tinggi Ponsel Dapat Berisiko pada Kesehatan, Ini Penjelasannya

Sebagian orang sering menilai radiasi tinggi ponsel dapat berisiko pada kesehatan. Lantas, apakah pandangan beberapa orang ini benar?


Ini Daftar Ponsel dengan Radiasi Rendah yang Dapat Menekan Risiko Kesehatan

12 hari lalu

Radiasi pada ponsel (Foto: Cnet)
Ini Daftar Ponsel dengan Radiasi Rendah yang Dapat Menekan Risiko Kesehatan

Radiasi ponsel yang rendah dapat menekan risiko kesehatan. Berikut adalah daftar ponsel dengan radiasi rendah.


Inilah Daftar 20 Ponsel dengan Radiasi Tinggi yang Membayakan Kesehatan

12 hari lalu

Radiasi pada ponsel (Foto: Cnet)
Inilah Daftar 20 Ponsel dengan Radiasi Tinggi yang Membayakan Kesehatan

Terdapat puluhan ponsel dengan radiasi tinggi yang berbahaya bagi kesehatan. Lantas, apa saja ponsel yang memiliki radiasi tinggi?


5 Hal yang Perlu Dilakukan untuk Tingkatkan Ranking Kesehatan Indonesia

13 hari lalu

Ilustrasi dokter kulit memeriksa pasien. Foto: Freepik.com/Kroshka_Nastya
5 Hal yang Perlu Dilakukan untuk Tingkatkan Ranking Kesehatan Indonesia

Untuk tingkatkan ranking kesehatan Indonesia, ahli menyarankan untuk fokus perbaikan layanan promotif preventif.