TEMPO Interaktif, Jakarta - Percaya diri banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan, baik dari diri sendiri maupun faktor eksternal. dr. Hanny Nilasari, SpKK, dokter spesialis kulit dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menuturkan banyak perempuan tidak menyadari bahwa stres, grogi, dan bentuk emosi apa pun dapat menyebabkan metabolisme tubuh mendadak meningkat dan keluarlah emotional sweat.
Selain itu, stres, emosi, kelembapan, panas, dan gerakan ringan pun dapat menyebabkan munculnya keringat. "Bentuk emosi lainnya, seperti tertawa dan menangis, juga menyebabkan emotional sweat. Keringat berlebih ditambah dengan keadaan lembap di lipatan tubuh yang disukai oleh bakteri akan membuat bau tidak enak yang memengaruhi kepercayaan diri," ujar Hanny.
Berkeringat memang tidak bisa dihindari oleh setiap orang, terlebih itu merupakan tanda tubuh yang sehat. Namun, berkeringat yang menimbulkan bau tidak sedap malah akan merugikan penampilan kita. Jika mengurangi bau keringat, perempuan harus menghindari berbagai makanan berserat.
Sebab, makanan berserat ini akan membuat metabolisme di lambung menjadi buruk dan akhirnya menimbulkan hasil pembakaran yang beraroma tidak enak. "Daging dan makanan yang memiliki aroma tajam tertentu, seperti bawang putih, bawang merah, dan bawang bombai, akan memengaruhi bau keringat tak enak yang keluar dari tubuh. Untuk mengurangi bau keringat itu, Anda harus banyak mengonsumsi segala buah dan sayuran," ujar Hanny.
Patut juga diwaspadai bahwa terlalu banyak keringat yang keluar bisa mengindikasikan seseorang mengidap suatu penyakit. Untuk itu, Hanny melanjutkan, biasanya dokter akan melakukan anamnesis penelusuran, apakah ada indikasi terjadi kelainan secara sistemik. Setelah itu, dilanjutkan dengan tes fisik laboratorium sesuai dengan kelainan yang terjadi, apakah di kelenjar gondok atau di jantung.
Baca Juga:
"Jika keringat berlebihan itu terjadi pada bagian tertentu saja dalam tubuh, kami akan lakukan iodine test. Kami akan taburkan tepung di bagian yang berkeringat itu dan akan terlihat besar produksi keringatnya," ujar Hanny.
Salah satu sumber kemunculan emotional sweat berlebihan adalah konflik yang sebenarnya biasa kita alami sehari-hari. Konflik dalam kehidupan sehari-hari memang tidak bisa dihindari, terlebih di dunia yang menuntut profesionalitas seperti kantor.
Survei membuktikan enam dari sepuluh perempuan Indonesia mempunyai masalah di tempat kerja. Hal itu disebabkan oleh ruang lingkup perempuan yang sangat kompleks dan menuntut untuk menjalani semua peranan dengan sebaik-baiknya.
"Ketika berinteraksi dalam peran masing-masing itulah ada potensi konflik," ujar psikolog Ratih Ibrahim dalam sebuah seminar tentang kepercayaan diri dan sukses dalam karier yang diadakan sebuah produk deodoran di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Ratih menambahkan konflik yang setiap saat selalu hadir ini dapat ditangani dengan baik melalui beberapa cara. Di antaranya mendinginkan pikiran, bersifat fleksibel, melihat konflik dari sudut pandang lebih luas, dan tidak lupa memiliki antisipasi terhadap kemungkinan datangnya masalah.
"Intinya, konflik harus dihadapi dengan menumbuhkan rasa percaya diri. Dengan percaya diri, kita akan lebih tenang menghadapi semua masalah. Percaya diri ditumbuhkan dengan inner dan outer beauty serta good in preparation," kata Ratih.
Menurut Rene Suhardono, seorang pelatih karier, bila tidak dikelola dengan baik, dinamika kerja dengan atasan, rekan kerja, dan bawahan, dapat menjelma menjadi politik kantor yang meresahkan. Secara umum, 75 persen dari energi dan waktu kerja akan dihabiskan untuk menghadapi konflik dengan atasan.
"Dengan begitu, mengapa tidak menggunakan energi untuk menghadapi konflik itu dengan usaha baru saja. Karena kerja dan karier adalah hal yang berbeda," tutur Rene.
Menurut Rene, karier adalah segala hal yang berkaitan dengan passion dan tujuan hidup. Sementara, kerja hanyalah sebuah alat mencapai karier yang berhubungan dengan interaksi kantor. Seseorang dapat berpindah kerja untuk mencapai karier yang diinginkan. Dan cara untuk menentukan karier yang cocok sesuai dengan passion kita dapat dinilai dengan ketidaksabaran kita melakukan hal tersebut.
"Passion kita memang sering lebih dari satu. Tapi, kita harus memilih yang paling membuat bahagia dalam menjalaninya serta percaya akan sukses. Kepercayaan diri dapat ditempuh dengan menjadi yang pertama, menjadi yang terbaik, dan menjadi yang paling berbeda," tutur Rene.
RENNY FITRIA SARI