TEMPO.CO , Makassar: Tiga model dengan capit di kepala tampil menawan di atas catwalk. Mereka mengenakan terusan hingga di bawah lutut. Setiap gaun memiliki ciri khas. Ada yang tanpa lengan dengan kerah berdiri di belakang, sedikit belahan di bagian depan, ada juga yang berlengan ditambah dengan aksesori kalung.
Gerak lincah nan ceria yang ditampilkan para model mewakili pesan Yuku Moko, seniman batik asal Sulawesi. “Saya ingin menonjolkan sesuatu yang sederhana, namun tetap cantik, elegan, dan bersahaja,” katanya pada Senin lalu.
Sembilan karya desain baju batik bermotif ikan turut meramaikan “Makassar Fashion Festival 2012” yang digelar di mal Graha Tata Cemerlang (GTC) Makassar pada 27-28 Oktober lalu. Setiap desainnya memiliki konsep berbeda yang disesuaikan dengan pemakainya. Ada yang khusus untuk anak muda, ada juga untuk dewasa dengan rancangan semiformal.
Menurut Yuku, dia sengaja membuat desain baju yang fleksibel agar bisa dipakai dalam acara apa pun, baik untuk ke pesta maupun dipakai saat menghadiri acara keluarga. Unsur fleksibel ini juga dikuatkan oleh bahan kain yang ringan sehingga lebih nyaman.
“Saya ingin menampilkan karya melalui hati,” kata Yuku. Pesan hatinya pun dituangkan dalam ukiran batik yang sangat kental dengan unsur etnik, yakni gambar ikan. Dengan menggunakan teknik membatik biasa, Yuku membutuhkan waktu selama dua bulan untuk membatik di atas 12 potong kain.
Motif-motif etnik ini didapatkan Yuku dari Toraja, Kalimantan, dan Jawa, yang dipadukan dengan etnik kontemporer. Selain unsur etnik, Yuku menonjolkan beberapa warna di setiap desainnya, yakni merah marun, hitam, oranye, gading, dan perpaduan biru.
Setiap kain dibuat dengan motif yang berbeda. “Saya bebas melakukan apa saja dalam selembar kain batik,” katanya.
Yuku melengkapi penampilan modelnya dengan caping dan tas keranjang tradisional sebagai aksesori tambahan. Caping didapatkannya dari Jeneponto, sedangkan tas keranjang dari Toraja.
“Tas keranjang ini biasa dipakai untuk menaruh ikan asin,” katanya. Tas itu kemudian diambil untuk pajangan saat pameran. Tak cukup sampai di situ, petualangan keranjang ikan ini sampai ke catwalk. Yuku mungkin adalah tipikal orang yang sesukanya dalam memilih aksesori, tapi pilihan-pilihannya selalu terlihat menyatu dengan desainnya.
Angky dan Arie dari A&A Boutique juga menonjolkan konsep etnik dalam desain kebaya berbahan sutera. Desain mereka dilengkapi ornamen kupu-kupu sebagai pemanis dengan permainan biru dan kuning keemasan.
Itja Ahmad, yang sudah dua tahun menetap di Makassar, mengangkat konsep etnik global bagi kalangan muda. “Saya ingin mengajak anak muda di Makassar untuk memperhatikan penampilan mereka ketika menghadiri suatu acara,” katanya.
Kebanyakan anak muda, menurut Itja, berpenampilan tidak sesuai dengan usia. Mereka bergaya dewasa padahal masih remaja. Potongan baju berwarna krem tanpa lengan dipadukan dengan celana pangsi berwarna hijau, lalu ditambah dengan aksesori kalung, serta tatanan rambut terurai memperlihatkan jiwa muda tersebut. Ada juga gaun-gaun pesta yang bermain dalam warna-warna alam, seperti hijau, pink berpadu keemasan, serta cokelat.
IIN NURFAHRAENI DEWI PUTRI
Berita Terkait:
Rayakan Hari Jadi, Bandung Kembali Gelar Air Show
Empat Menteri Buka Gelaran Indonesia Fashion Week 2012
Sepuluh Bioskop Terbaik Dunia
Gaya Konservatif Kate Middleton Memikat Hati
Indonesia Fashion Week Akan Digelar Bulan Depan