1. Latih cara bercerita.
Seorang peserta #showtime Tania Amalia berujar, awalnya tak mudah baginya untuk memilah cerita mana dari hidupnya yang akan diceritakan di panggung. Ia juga sempat grogi saat diminta Didi cuap-cuap di muka banyak orang, karena merasa bukan orang yang jago melucu. Tapi ternyata, "Karena nekat, bisa juga saya bercerita," kata perempuan 23 tahun itu saat ditemui pada Senin malam pekan lalu. "Intinya, it is all about telling your stories. Semua orang pasti punya cerita yang menarik dan berguna buat disampaikan."
Didi menyadari sebagian orang pasti kalang-kabut jika tiba-tiba diminta tampil di depan umum. Apalagi jika "dipaksa" menyampaikan cerita secara atraktif. Karena itulah mereka berusaha membantu peserta #showtime untuk menggali hal-hal menarik dari hidupnya. "Cara mengemasnya juga harus bagus agar ceritanya enak didengar," kata dia.
2. Perhatikan ekspresi dan bahasa tubuh.
Selain latihan bicara di depan umum, seseorang mesti belajar mengekspresikan diri lewat bahasa tubuh. "Misalnya, gerakan begini, efeknya ke orang lain gimana, sih?" ujar Didi. Hal ini penting dipelajari karena kadang-kadang ekspresi tertentu cocok pada satu orang, tapi tidak cocok pada orang lain. Juga karena ekspresi dan bahasa tubuh sangat menunjang konten cerita yang disampaikan.
Bagi Tania, yang seorang humas di Weber Shandwick, bahasa tubuh adalah poin penting dalam interaksinya dengan klien. Misalnya, saat bertemu klien, ia belajar untuk mengurangi gayanya yang jutek. Tania juga akan menahan diri tidak melakukan gerakan negatif seperti melipat kedua tangan di depan dada karena menyimbolkan rasa bosan.
3. Belajar pemilihan kata.
Agar pesan cerita kita diterima baik dan mudah oleh pendengar, memilih kata adalah salah satu syaratnya. Untuk poin ini, pesan Tania, Anda mesti menyesuaikan diri dengan gaya dan latar belakang pendengar. Semakin bisa Anda bicara dengan gaya yang dekat dengan lingkungan audiens, semakin mudah pesan Anda sampai.
4. Tampil keren.
Dalam #showtime, visual ambil porsi terbesar, yakni 55 persen, sedangkan audio 38 persen, dan pemilihan kata 7 persen. Mengapa visual amat dominan? "Manusia kan orangnya sangat visual. Kesan pertama itu penting banget," ujar Tania. Salah satu yang bisa menunjang visual adalah gaya berpakaian. Sebab, kata Tania, gaya pakaian adalah apa yang Anda ingin orang lain nilai soal Anda.
Visual juga penting bagi mereka yang bekerja di belakang meja, salah satunya lewat cara presentasi yang menarik. Seorang desainer grafis, misalnya, butuh lembar digital presentasi yang atraktif untuk menjual desainnya.
5. Perbaiki intonasi bicara.
Intonasi bicara juga mesti diperhatikan saat kita bicara di depan umum. Didi mencontohkan presiden RI pertama Sukarno yang terlihat keren karena intonasi bicaranya. Tania sendiri melatih intonasinya dengan berulang kali bicara sendiri di depan kaca. "Naik-turun nada, perlu ada penekanan saat kalimat seperti apa, itu perlu dipelajari agar cara ngomong kita jadi keren di panggung," kata dia.
ISMA SAVITRI