TEMPO.CO, Jakarta - Pendaki gunung Nizar Suhendra menganggap Oktober adalah bulan yang tepat untuk mendaki. Berdasarkan pengalamannya mendaki Everest Basecamp, lima tahun lalu, Oktober adalah bulan yang bersahabat di Himalaya.
Berbekal pengalaman itu, Nizar menyusun rencana untuk mendaki Pegunungan Himalaya, Nepal. Dia bersama sembilan temannya berangkat ke pegunungan tertinggi di dunia itu pada awal Oktober lalu. (Baca: 10 Orang Indonesia Selamat dari Badai Himalaya)
Sayang perkiraan Nizar meleset. Badai salju menyergap ketika dia dan rekan-rekannya mendaki Pegunungan Himalaya, tepatnya di Annapurna Circuit. Bagaimana cerita perjalanan Nizar dan tim, khususnya saat menghadapi badai salju di Himalaya? Berikut penuturan Nizar kepada Tempo, Jumat, 24 Oktober 2014. (Baca: Dihantam Badai Himalaya, Nizar Tak Kapok Mendaki)
"Tanggal 3 Oktober kami berangkat dengan pesawat dan tiba pukul 21.00 (waktu Nepal) di Katmandu. Kami kemudian menginap semalam sebelum melanjutkan perjalan ke Annapurna Circuit," ujar Nizar.
Tanggal 4 Oktober sore, Nizar dan tim tiba di Besishahar, gerbang masuk Annapurna Circuit. Di sana, mereka turun dari bus dan melanjutkan perjalan dengan Jeep 4WD menuju jalur masuk Annapurna Circuit-Pegunungan Himalaya, bernama Desa Tal, yang terletak pada ketinggian 1.600 meter dari permukaan air laut.
Setibanya di Tal, perjalanan dilanjutkan namun tidak lagi dengan kendaraan bermotor, melainkan berjalan kaki. Targetnya, High Camp Himalaya yang tingginya 5.300 meter dari permukaan air laut.
"Sebelum mencapai High Camp, ada 10 tempat yang harus dilalui yaitu Koto, Chame, Bhratang, Pisang, Humde, Manang, Ghusang, Yak Kharka, Ledar, dan terakhir Base Camp," ujar Nizar. Kurang-lebih dibutuhkan 9 hari untuk melewati kesepuluh tempat itu.
Selanjutnya: Cerita menjelang badai datang