TEMPO.CO, Jakarta - Stola atau pashmina memiliki fungsi sebagai selendang yang fashionable maupun menghangatkan tubuh. Pelengkap penampilan ini menjadi pilihan Helen Dewi Kirana untuk membuat kreasi dalam teknik tie dye Shibori asal Jepang.
Helen lewat stola dan scarf rancangannya bernama NES, menampilkan teknik tie-dye tidak konvensional yang lazimnya hanya dilakukan dengan mengikat kain, melainkan mengombinasikan berbagai metode, mulai dari melipat, memelintir, sampai menjahit kain sebelum diwarnai untuk menghasilkan corak yang lebih kompleks.
Perempuan yang telah menggeluti bisnis garmen sejak 1989 ini, awalnya membuat seragam dan apparel. Helen juga memadukan teknik tie dye dengan batik. “Saya memakai teknik shibori, dengan teknik pewarnaan batik," katanya, saat launching NES di The Resonanz, Balai Resital Kertanegara, Rabu, 10 Desember 2014.
Dalam menemukan satu warna, ia harus melakukan beberapa layer. "Misalnya untuk menghasilkan warna merah marun, harus sekitar tiga kali proses pewarnaan untuk bisa berubah jadi marun,” kata Helen. (Baca : Jilbab Hana CHSI Populer di Tanah Abang)
Untuk mewarnai kain, Helen menggunakan pewarna kain batik yang khusus dibeli di Pekalongan. Sedangkan untuk material kain, Helen memilih kain impor dari Italia, Jepang, dan Korea, karena lebih mudah dalam pengaplikasian teknik shibori.
Pemilihan kain sangat berpengaruh terhadap hasil aplikasi shibori agar menghasilkan motif yang diinginkan tanpa merusak serat kain.
“Teknik shibori cukup rumit, kalau diikat terlalu keras bisa merusak kain, namun kalau ikatannya terlalu longgar, polanya jadi tidak sempurna,” kata pemilik label B(i) batik bersama beberapa rekannya ini.
Dalam pengerjaan stola, Helen dibantu 2 asisten dan menghasilkan 25 stola serta scarf dalam waktu tiga hari. Ia mengaku butuh istirahat beberapa hari dulu hingga akhirnya memulai pengerjaan lagi. Hal itu dikarenakan setelah proses shibori biasanya tangannya merasa sakit dan pegal. (Baca : Pesta Diskon di Hari Belanja Online Nasional)
"Belum bisa membuat produksi masal karena semua dikerjakan dengan tangan," kata Helen. yang menyebut harga stola mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1,4 juta ini.
Helen tetap bercita-cita ingin mengembangkan koleksi NES dengan menambah pilihan produk, meski stola NES belum bisa diproduksi secara massal.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Mengintip Couch Surfing Makassar
Heboh Miss World 2014, Siapa Juaranya?
Tina Toon Berdagang Toko Online
Gaya Lipstik Oranye Ala Bintang K-Pop