Dwi mengajarkan keterampilannya itu hanya dengan menggunakan selembar baju kaus bekas dan sebuah gunting. Tanpa dijahit. Dwi membuat Hobo Bag dari kaus putih dengan motif biru yang memenuhi bagian depan kaus.
Sedangkan tas abu-abu polos milik Nurmaliza memiliki sebuah saku di depan dan sisa kerah yang malah menjadi hiasannya. Baju berlengan panjang juga bisa dibuat Hobo Bag dengan membabat bagian lengan. Sisa potongan yang melar dan melingkar itu dipakai Dwi sebagai bandana. “Semua bisa dipakai,” katanya.
Dwi masih punya model tas yang lain. Dia menggunakan kaus berbahan lebih tipis dan mudah melar. Hasilnya, sebuah tas yang bagian bawahnya tetap sama dengan lengan dan leher baju dipotong lebih banyak sehingga bukaan tas lebih lebar. Nah, kedua lengan ini adalah talinya, seperti menenteng tas kantong.
Menurut Dwi, selain tas dan bandana, baju kaus bekas juga bisa dibuat bantal dan boneka. Yang pertama dengan cara menggunting baju persegi dan sebagian sisinya dijahit, lalu diisi “sarung” bantal dengan dakron yang empuk. Sedangkan untuk membuat boneka, Dwi menyarankan agar memilih kaus bekas dengan motif yang masih terlihat bagus.