TEMPO.CO, Singapura - Thomas Alexander Heatherwick, 45 tahun, merupakan otak di balik sederet bangunan fenomenal dunia. Dari kaldron Olimpiade London 2012, paviliun Inggris di Shanghai World Expo 2010, sampai bus tingkat di London. Terakhir, 10 Maret lalu, Learning Hub Nanyang Technological University (NTU), Singapura, yang dia desain diresmikan.
Heatherwick, asal Inggris, enggan menyebut dirinya arsitek. “Saya seorang desainer,” katanya di Singapura, dua pekan lalu. Berikut ini petikan wawancaranya, seperti dimuat Koran Tempo, Selasa, 24 Maret 2015.
Apakah bentuk nyeleneh merupakan ciri khas Anda?
Saya hanya ingin membuat bentuk yang memberi perbedaan dengan lingkungan sekitar. Contoh saja Learning Hub di NTU. Bangunan itu terlihat berbeda. Untuk apa saya membuat bangunan dari beton abu-abu yang membosankan dan sama seperti bangunan lainnya?
Bagaimana proses kreatif dari Learning Hub itu?
Saya dan tim—terdiri atas 130 arsitek dan desainer—ingin memberikan pengalaman yang berbeda bagi para mahasiswa yang belajar di ruang kelas tersebut. Jika berkunjung ke Learning Hub, Anda bisa mengalaminya langsung. Anda bisa berjalan masuk ke dalam bangunan dari segala penjuru. Tidak ada koridor di dalamnya. Tidak ada pojok-pojok berbentuk sudut mati. Anda bisa melihat banyak hal dari perspektif yang berbeda.
Apa kesulitan dalam merancang bangunan ini?
Kesulitan itu muncul karena kami tidak ingin bangunan itu polos dan berwarna abu-abu. Kami berpikir akan melapisinya dengan lapisan beton lain yang diukir dengan relief. Jadi seseorang di studio harus bekerja keras merancang desain gambar lebih dari seribu panel untuk kulit bangunan tersebut. Setiap panel punya gambar yang berbeda-beda. Bayangkan bagaimana ribetnya. Namun hasilnya cukup memuaskan. Bangunan itu lebih tampak seperti patung dari tanah liat dan tidak terlihat seperti beton.
Anda menggarap banyak proyek di seluruh dunia. Apa, sih, bedanya menggarap proyek di Asia dengan di Eropa?
Ada banyak penghitungan yang berbeda, termasuk perbedaan iklim. Namun bekerja di Asia sangat menyenangkan. Saya ingin menggarap lebih banyak proyek di sini.
Bisakah Anda ceritakan soal Paviliun Inggris di Shanghai 2010?
Awal mulanya, pemerintah Inggris mengadakan sayembara untuk merancang desain UK Pavilion di Shanghai World Expo 2010. Target pemerintah saat itu adalah membuat paviliun dengan biaya setengah kali lebih rendah dibanding negara-negara Eropa Barat lainnya. Bangunan itu juga harus masuk dalam lima besar paviliun yang paling populer.
Jadi kami menawarkan konsep yang tidak terlalu banyak menggunakan lahan, serta berbiaya paling murah dibandingkan dengan proposal lain. Kami menggunakan akrilik sebagai satu material utama dan bekerja sama dengan Millennium Seed Bank Partnership untuk menyediakan 250 ribu bibit tanaman yang dimasukkan dalam batang akrilik tersebut. Namun tidak ada tanaman langka, karena itu justru tidak boleh dilakukan. Kami menggunakan bibit tanaman domestik. Keseluruhan batang akrilik tersebut dikirimkan ke berbagai penjuru dunia setelah bangunan tersebut dibongkar. Selama enam bulan, bangunan itu dikunjungi delapan juta orang dan dinobatkan sebagai pemenang. Kami sama sekali tidak menyangka itu bakal terjadi.
Anda merancang kursi hingga bus tingkat di London. Sebenarnya, Anda ini arsitek atau apa?
Saya lebih suka menyebut diri saya desainer. Yang menjadi persamaan dari semuanya adalah kami merancang hal-hal tiga dimensi. Kita tidak hidup di dunia dua dimensi, kan?
SUBKHAN