TEMPO.CO, Jakarta - Memperingati Hari Kartini, lembaga riset Indonesia Indicator (I2) merilis hasil penelitiannya selama setahun tentang tokoh perempuan terpopuler dan paling berpengaruh. Hal ini disampaikan Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi I2. Dalam pemaparan hasil penelitian bertajuk "Perempuan dalam Framing Media", pada Selasa, 21 April 2015, bertepatan dengan Hari Kartini.
Rustika menerangkan hasil penelitiannya yang mengulas dalam setahun terakhir tentang figur perempuan. "Figur perempuan hanya disebut dan diberi ruang untuk berwacana sekitar 4 hingga 5 persen," kata dia.
Indonesia Indicator atau I2 yang dipimpin Rustika merupakan perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software Artificial Intelligence (AI). Bertepatan dengan Hari Kartini, I2 membuat catatan mengenai tokoh perempuan terpopuler sepanjang 2014 hingga 2015.
Dari 100 nama perempuan terpopuler di media, didominasi oleh pejabat dan artis, lalu disusul oleh figur politikus. Sementara itu, perempuan atlet bulutangkis, kaum profesional dan pengamat merupakan figur terbanyak berikutnya yang diulas di media. "Sosok yang paling banyak diberitakan di media, bisa dianggap sosok paling populer. Top person tidak harus memberikan pernyataan di media," kata dia.
Rustika melanjutkan, "Sepuluh nama figur perempuan yang memberikan pernyataan terbanyak di publik merupakan sosok pembuat wacana kebijakan publik dan politik." Dia menggarisbawahi dari seratus nama perempuan paling berpengaruh di media, didominasi profesi pejabat dan artis, disusul figur politikus.
Baca Juga:
Dia juga menegaskan, latar belakang pejabat, politikus, profesional, dan pengamat menunjukkan bahwa media tidak lagi melihat perempuan dari aspek sensasi melainkan dari aspek sebagai penentu kebijakan. "Apabila dilihat dari figur, perempuan yang terpopuler dan perempuan berpengaruh merupakan sosok pembuat wacana kebijakan publik atau politik. Bisa jadi karena tahun ini adalah tahun politik, di mana banyak terjadi event politik," tegasnya.
Rustika juga menyinggung tentang fashion dan violence--terutama terhadap perempuan--yang terus dieksploitasi media. Tubuh perempuan terhimpit antara masifnya industri kecantikan di satu sisi serta obyek kekerasan fisik di sisi lainnya. "Pertanyaannya, apakah kecantikan dan kekerasan terhadap perempuan merupakan dua sisi dari koin yang sama," kata dia.
Berdasarkan pengamatannya, dalam setahun terakhir, segala berita yang memberitakan kata "wanita" atau "perempuan" berjumlah 224.576 berita. Pada penelitian ini, isu kecantikan mendominasi sebanyak 10,3 persen, disusul isu kekerasan 10,1 persen, serta seks sebanyak 5 persen.
"Dilihat dari sisi isu, perempuan masih diposisikan sebagai objek pemberitaan daripada subjek pemberitaan. Isu pemberdayaan, konferensi, dan perdamaian masih sangat kecil," kata Rustika.
HADRIANI P.