TEMPO.CO, Jakarta -Batu akik mendadak jadi primadona setelah antara lain karena i Susilo Bambang Yudhoyono memberikan cenderamata akik bacan kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama Harga akik pun melambung.
Penggemar akik datang dari pelbagai kalangan: remaja, orang tua, pejabat, hingga kolektor mancanegara. Batu yang dulunya dikenal dekat dengan dunia mistis tersebut kini telah menjadi barang seni, simbol status, dan materi investasi.
Batu bacan banyak ditemukan di Desa Doko dan Palamea di Halmahera, Maluku Utara. Masyarakat semakin bergairah menambang lantaran pendapatan dari penambangan batu bacan lebih besar ketimbang penambangan emas. “Sekali menambang bisa mendapatkan Rp 30-50 juta,” ujar Samsudin, penduduk setempat.
Selain dari bacan , batu akik yang juga tengah menjadi perhatian adalah yang berasal dari Sungai Dareh, aliran Sungai Batang Hari, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat--250 kilometer dari Padang. “Batu lumut Sungai Dareh saya jual Rp 8 juta,” kata Jumroni, 35 tahun, penjual batu akik dari Kabupaten Dharmasraya. Ia menunjukkan batu 2x1 sentimeter berwarna hijau lumut.
Orang setempat menyebut batu itu lumuik Sungai Dareh. Batu hijau itu terlihat bening. Di dalam batu terdapat serat seperti lumut di sungai. Menurut Jumroni, batu yang mahal itu memiliki motif lumut yang bagus. Misalnya rangkaian lumut berbentuk wayang. Jumroni juga menjual batu dalam bentuk bongkahan seperti batu-batu di sungai. Bongkahan batu dengan berat 4 kilogram dijual Jumroni Rp 35 juta. Sebab, batu itu tembus cahaya. “Sudah ada yang nawar Rp 30 juta. Tapi tidak saya jual,” katanya.
Irsyad, 51 tahun, salah seorang kolektor batu di Dharmasraya, mengatakan batu lumut Sungai Dareh kualitas atas ada dua jenis: pucuk pisang dan kumbang jati. Harga kedua jenis itu termasuk mahal. Satu cincin batu kualitas super harganya Rp 12 juta. “Pucuk pisang itu lebih bening. Adapun kumbang jati lumutnya terlihat banyak di dalam batu itu,” kata mantan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dharmasaraya ini.
TIM TEMPO