TEMPO.CO, Jakarta - “Pelan-pelan, Nek... Jalannya pelan-pelan saja." Perhatian semacam itu lumrah diterima oleh orang tua. Makin tua, makin banyak orang yang bawel memperingatkan untuk berhati-hati. Salah satu musababnya, kalau jatuh, badan gampang terasa sakit atau bahkan patah akibat osteoporosis (pengeroposan tulang).
Dokter spesialis ortopedi, Franky Hartono, mengatakan osteoporosis ditandai dengan pengurangan massa atau kepadatan dan gangguan pada struktur jaringan tulang. Masalah ini biasanya tak menunjukkan gejala sampai mengakibatkan patah tulang atau nyeri di area tulang belakang.
Franky menambahkan, ada tiga tahap perkembangan tulang. Tahap pertama adalah pertumbuhan. Pada pria, fase ini terjadi semenjak lahir sampai umur 18-20 tahun. Sedangkan pada perempuan, masa pertumbuhannya lebih pendek, dari bayi sampai berumur 16–18 tahun.
Setelah tumbuh, tulang mengalami fase pemadatan sampai usia 40 tahun. Kepadatan tulang dalam masa puncak pemadatan di usia 30 tahun paling tinggi dibanding usia sebelum atau sesudahnya. Di usia 30-40 tahun, kepadatannya relatif stabil.
"Tapi setelah itu, kepadatannya perlahan-lahan menurun pada usia 40 tahun," kata Kepala Divisi Hip, Knee, and Geriatric Trauma Orthopedic Center Siloam Hospitals Kebun Jeruk ini, Kamis, 20 Oktober lalu.
Pengeroposan tulang, kata dia, mulai terjadi pada usia 45 tahun. Hal ini terutama terjadi pada perempuan lantaran kadar hormon estrogennya menurun. Hormon tersebut dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang. Setelah menopause, kadar estrogen menurun sehingga kepadatan tulang pun ikut tergerus secara drastis. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding pria.
Menurut Franky, perbedaan tahap ini terjadi karena tulang adalah jaringan hidup yang secara konstan berubah-ubah. Osteoporosis bisa terjadi karena peran dua sel dalam tubuh, yakni osteoblas yang berperan memproduksi tulang dan osteoklas yang menggali dan membuat tulang mengeropos. Dalam periode umur tertentu, sel tulang disimpan. Namun, pada usia 40 tahun ke atas, osteoklas lebih banyak berperan dibanding osteoblas sehingga terjadi pengurangan massa tulang.
NUR ALFIYAH