Van Moody, pakar hubungan sekaligus penulis buku psikologi dunia kerja berjudul The People Factor mengatakan, hubungan antara rekan kerja dapat memberikan pengaruh lebih besar dari sekadar masalah bisnis. “Imbasnya jauh dari hanya sekadar gangguan bagi pekerjaan. Mereka juga dapat mengakibatkan kecemasan, emosi, depresi, bahkan penyakit fisik,” urai Moody.
Lebih lanjut Moody menjabarkan perilaku pekerja yang masuk dalam kategori toxic. Antara lain menghambat bakat dan membatasi kesempatan orang lain untuk berkembang, mengubah situasi dan percakapan menjadi keuntungan bagi diri sendiri, gemar mencerca atau menghukum orang lain yang berbuat kesalahan daripada mengoreksi kesalahannya sendiri, menyerobot nilai atau pujian atas ide atau pencapaian orang lain, dan tidak bisa menghormati privasi orang lain.
Baca juga :Psikolog: Bermusik Membantu Menerjemahkan Pikiran
Namun demikian, rekan kerja toxic tidak melulu muncul dalam wujud pekerja yang menyebalkan dan jahat. Menurut Samantha Lambert, Direktur Divisi Personalia di perusahaan desain website di Amerika, Blue Fountain Media, secara umum ada empat sifat pekerja yang juga masuk dalam golongan pekerja toxic. Adakah rekan atau bahkan Anda sendiri masuk kategori berikut?
The “yes” man/woman: Pekerja tipe ini tidak punya pendirian, selalu setuju dengan apa yang diperintahkan atau dikatakan orang lain. Alih-alih menyuarakan opininya, mereka lebih senang mengikuti perintah atau kehendak mayoritas. Memang mereka tidak mengganggu secara fisik, namun menghambat kemajuan tim dengan kemalasannya beropini.
Pembuang waktu: Seseorang yang sulit berkomitmen dengan waktu, meremehkan keteraturan jadwal, dan menganggap sepele keterlambatan. Tipe pekerja seperti ini sangat mengganggu ritme kerja dan mempengaruhi suasana hati rekan kerjanya. Waktu terbuang yang baginya sepele bisa jadi penentu keberhasilan sebuah pekerjaan. (Baca : Ini 8 Alasan Kenapa Anda Dijauhi)
Si pengadu: Ada tipe pekerja yang senang membawa isu atau masalah apa pun untuk diadukan pada atasan. Meski tujuannya untuk mencari solusi, kebiasaan mengadukan semua hal pada atasan tentu tidak menyenangkan bagi rekan kerja lainnya. Hingga menimbulkan prasangka dan kecurigaan. Bekerja dengan suasana penuh curiga tentulah tidak menyenangkan.
Tukang mengeluh: Suka mengeluh dan komplain atas kesalahan kecil. Berburuk sangka dan selalu pesimis. Aura negatif seperti itu membuat suasana kerja tidak kondusif. Pekerjaan yang sebenarnya mudah akan terasa lebih berat jika dikerjakan dengan suasana hati dan pikiran yang terus dijejali hal-hal negatif.
Menjaga jarak dinilai Moody sebagai cara meminimalisir konflik dengan rekan kerja toxic. Moody menyarankan agar Anda membuat batasan tegas antara urusan pekerjaan dan personal dengan rekan kerja toxic. “Ketika Anda tahu bagaimana mengatasi hubungan profesional secara benar, itu akan membuat perbedaan antara kehidupan kerja yang penuh kepuasan dengan yang penuh kekecewaan,” pungkasnya.
TABLOIDBINTANG
Baca juga:
Survei: Banyak Pria dan Wanita Pilih Jadi Single, Ini Alasannya
Masyarakat Indonesia Paling Pede Belanja? Ini Datanya