TEMPO.CO, Jakarta - Epilepsi merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kejang berulang. Pembedahan adalah salah satu alternatif pengobatan pada penyandang epilepsi.
Baca juga: Memahami Jenis Epilepsi dan Terapi yang Tepat
Dokter Spesialis Bedah Saraf Prof. Dr. Zainal Muttaqin, SpBS, PhD, mengatakan bedah untuk epilepsi sudah dikenal sejak satu abad lalu. "Tapi, penggunaannya mulai meningkat sejak tahun 80 dan 90an," kata Zainal dalam Seminar Bedah Epilepsi di RSU Bunda, Menteng, Jakarta, Sabtu, 15/4.
Konsultan Bedah Saraf dari Epilepsi Center RSU Bunda ini menjelaskan, bedah menjadi salah satu cara efektif untuk penyandang epilepsi. "Dulu pembedahan menjadi pilihan terakhir," ujarnya.
Sebab, pasien umumnya sudah menerima berbagai jenis pengobatan anti-epilepsi selama bertahun-tahun, tapi tidak banyak mengalami kemajuan. "Sekarang pembedahan direkomendasikan dilakukan lebih awal karena hasil penelitian menunjukan semakin awal pembedahan, hasilnya semakin baik," kata Zainal.
Baca Juga:
Baca juga: Jangan Panik Menghadapi Epilepsi
Namun, Zainal melanjutkan, diperlukan pertimbangan khusus sebelum dilakukan tindakan pembedahan, antara lain, seleksi pasien dan mempertimbangkan untung rugi. "Mengingat sebuah operasi apalagi dilakukan di otak yang sangat berisiko, tidak selalu berakhir dengan kesuksesan".
Untuk itu, tes dan pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan sebelum tindakan atau pembedahan. "Pembedahan hanya dilakukan jika hasil pemeriksaan menunjukan risiko jauh lebih rendah daripada manfaatnya," ujar Zainal.
Menurut Zainal, kesuksesan pembedahan tergantung pada tipe operasi yang dilakukan. "Ada beberapa jenis pembedahan untuk epilepsi, tergantung penyakitnya," kata dia.
Secara umun, Zainal menjelaskan, bedah dilakukan untuk menghilangkan area penyebab kejang, mengintervensi jalur saraf yang menyebabkan kejang, atau menanamkan alat khusis pengendali kejang. "Beberapa anak penyandang epilepsi yang menjalani pembedahan menunjukan perbaikan, di mana tidak lagi mengalami kejang, atau frekuensi kejang menurun dibanding sebelum pembedahan," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS