Menurut dia, anggota lainnya pernah mengalami hal serupa. Tidak jarang anggota komunitas tersebut rela menembus kemacetan lalu lintas dan hujan. “Ada yang rumahnya di Tanjung Priok, datang ke Rumah Sakit Fatmawati. Sampai ganti kendaraan jadi naik ojek, karena macet, dan ingin segera menolong,” kata Joko.
Dyah mengungkapkan, ada kepuasan setiap kali dia mendonorkan darah ke pasien yang membutuhkan. “Melihat ekspresi keluarga pasien saja sudah puas,” kata dia. Padahal dia tidak dibayar dengan imbalan apa pun.
Juru bicara komunitas ini, Putri Arifianti, 29 tahun, mengatakan semua anggota komunitas antusias menyumbangkan darah mereka. Sebaliknya, mereka akan kecewa bila gagal, seperti yang dialaminya sendiri beberapa waktu lalu. “Saya sudah semangat datang sepulang dari kantor di Kemang ke Rumah Sakit Fatmawati, tapi ternyata ditolak karena sedang menyusui,” dia menyebutkan.
Putri mengatakan ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi donor. Di antaranya kondisi badan sehat, tidur minimal empat jam sehari, tidak sedang minum antibiotik dalam sepekan terakhir, kadar hemoglobin normal, serta tidak sedang menyusui dan mengalami menstruasi.
Selanjutnya: Disayangkan, masih ada jual-beli darah-donor