TEMPO.CO, Jakarta -Terapi dengan memanfaatkan oksigen dengan tekanan khusus tersedia di beberapa rumah sakit di Jakarta. Terapi ini menggunakan oksigen bertekanan 2,4 atmosfir. Sedangkan dalam kondisi bernafas normal manusia menggunakan oksigen bertekanan 1 atmosfir.
Terapi ini biasanya ditemukan di sejumlah Rumah Sakit Angkatan Laut di Indonesia. Terapi Hiperbarik pada awalnya ditujukan bagi para penyelam untuk membiasakan diri setelah melakukan penyelaman. Para penyelam biasanya mengalami dekompresi akibat perbedaan tekanan di bawah laut, dan untuk menyesuaikan kembali ke kondisi normal daratan dilakukan terapi dengan memanfaatkan oksigen bertekanan khusus.
Di Jakarta Terapi Oksigen Hiperbarik bisa ditemukan di tiga rumah sakit, yaitu Rumah Sakit Angkatan Laut Mintoharjo Benhill Jakarta Pusat, Rumah Sakit Jakarta di Jakarta Pusat dan Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Kuningan Jakarta Selatan.
Rumah Sakit yang menyediakan teknik pengobatan ini umumnya memiliki fasilitas pengobatan khusus atau hiperbarik center. Struktur bangunan juga biasanya disesuaikan untuk tekanan udara tinggi.
Terapi dilakukan dalam sebuah tabung silinder khusus yang disebut Chamber. Tabung tersebut merupakan tabung dengan material baja yang berbentuk seperti kapal selam.
Umumnya terapi hiperbarik ini dilakukan tidak sendirian, namun oleh beberapa pasien sekaligus. Tabung atau Chamber biasanya berkapasitas 10 orang pasien ditambah dengan seorang instruktur.
Di dalam tabung, pasien dalam posisi duduk dan mengenakan masker seperti penyelam untuk menghirup udara. Terapi akan dilakukan selama kurang lebih 1 jam 45 menit. Dengan interval istirahat setiap 30 menit, selama masing-masing 5 menit.
MAYA NAWANGWULAN