Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sisi Gelap Autisme  

image-gnews
Seorang ibu membimbing anaknya yang mengidap autisme dalam membuat kerajinan dari kain perca di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, 30 April 2016. Pelatihan tersebut digelar oleh Komunitas Accessible Indonesia. TEMPO/Prima Mulia
Seorang ibu membimbing anaknya yang mengidap autisme dalam membuat kerajinan dari kain perca di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, 30 April 2016. Pelatihan tersebut digelar oleh Komunitas Accessible Indonesia. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setengah tahun yang lalu, Leslie Bolen kehilangan anaknya, Michael, dalam usia 14 tahun. Ia mengalami kejang hingga otaknya kekurangan oksigen dan cedera. Semasa hidupnya, Michael menderita autisme dan penyakit penyertanya, epilepsi. "Tidak pernah terpikir anak saya akan meninggal sebelum saya," kata Bolen, seperti dikutip dari CNN, 15 September lalu.

Michael adalah satu di antara ribuan anak yang menderita autism spectrum disorder. Beberapa tahun belakangan, jumlah penderita penyakit ini menunjukkan peningkatan. Pada 1996 ada 3,4 per 1.000 anak yang dilaporkan mengidap autisme, pada 2010 jumlahnya naik menjadi 14,7 per 1.000 anak. Berdasarkan laporan terakhir, ada 14,6 dari 1.000 anak berumur 0–8 tahun yang mengidap autisme.

"Itu artinya, 1 dari 68 anak menderita autisme," kata dokter spesialis anak, Hardiono Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar di kampus Universitas Indonesia, Depok, Sabtu, 24 September lalu.

BacaKapolda Jawa Barat: Empat Anggota TNI Terlibat Perampokan Rp 17 M

Hardiono mengatakan autisme adalah gangguan pada anak yang memiliki ciri khusus kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tanda-tanda awalnya sering berupa keterlambatan bicara dan kurangnya kontak mata. Anak juga memiliki perilaku, minat, serta aktivitas yang terbatas dan dilakukan berulang-ulang.

"Kalau tak ditata laksana dengan baik, sebagian tetap tidak berbicara, tidak mau bergaul dengan temannya, sehingga tidak dapat bersekolah biasa," kata Hardiono.

Masalahnya, penyebab autisme masih gelap hingga kini. Berbagai faktor lingkungan sudah diteliti, tapi tak ada yang terbukti menyebabkan autisme. Faktor genetik sering disebut sebagai penentu terpenting dalam autisme. "Tapi genetik mana yang berperan belum tersingkap," ujarnya. Akibatnya, belum ada obat yang pas untuk mengatasi masalah ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hardiono mengungkapkan, orang tua bisa mengenali lima tanda-tanda autisme pada anak. Bila orang tua mencurigai adanya tanda-tanda tersebut, anak perlu dinilai secara khusus oleh ahli. Tanpa penilaian yang tepat, 39 persen kasus gagal dideteksi. Jika hasilnya benar bahwa anak mengalami autisme, orang tua harus siap mengikutsertakan anaknya dalam program terapi. Proses ini butuh waktu, biaya, dan pengorbanan yang besar.

SimakKasus Dimas Kanjeng, Polisi Akan Periksa Suami Marwah Daud

Menurut Hardiono, ada berbagai penyakit penyerta yang terjadi bersama autisme. Misalnya, disabilitas intelektual yang terjadi pada 30 persen anak autisme, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, gangguan tidur, serta epilepsi. Gangguan tersebut bisa diterapi dengan obat. Meski begitu, pengobatannya hanya bersifat mengurangi gejala apabila anak menunjukkan perilaku hiperaktif dan berbagai gejala berat, seperti tantrum, agresif, atau menyakiti diri sendiri.

Terapi yang paling baik, ucap dia, tetaplah intervensi non-obat yang disesuaikan dengan umur dan kondisi anak. Dia mencontohkan, terapi wicara. Anak juga harus disekolahkan dengan guru yang terlatih dalam terapi perilaku. Hasil penelitian pada 165 anak yang mendapat terapi baik menemukan 75 persen anak bisa berbicara, 1 persen anak dapat berbicara sedikit, dan 15 persen tetap tak bisa berbicara.

Karena dunia autisme masih belum tersibak, penelitian untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit itu terus dilakukan. Leslie Bolen turut berpartisipasi dengan menyumbangkan otak almarhum anaknya kepada program nasional Autism BrainNet. Program ini digerakkan jaringan lembaga penelitian di Amerika Serikat, yang memfasilitasi studi autisme menggunakan jaringan otak pasien yang sudah meninggal. Mereka berharap, otak Michael bisa membantu para ilmuwan mendapat pengetahuan lebih ihwal autisme. 

NUR ALFIYAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alasan PKS Usung Kader Internal di Pilkada 2024 Kota Depok

2 hari lalu

(Dari kiri) Mantan calon presiden nomor urut 01 Anies Baswedan bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu, mantan calon wakil presiden Muhaimin Iskandar, dan Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi ketika memberikan keterangan pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Defara
Alasan PKS Usung Kader Internal di Pilkada 2024 Kota Depok

Imam Budi Hartono akan melanjutkan RPJMD Kota Depok 2021-2026 jika terpilih pada Pilkada 2024.


Golkar Jajaki Koalisi dengan PKS Hadapi Pilkada Depok 2024

15 hari lalu

Ketua DPC PKS Kota Depok Imam Budi Hartono mendampingi bacaleg mendaftar ke Kantor Sekretariat KPU Depok di Jalan Margonda No. 379, Kecamatan Beji, Depok, Senin, 8 Mei 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Golkar Jajaki Koalisi dengan PKS Hadapi Pilkada Depok 2024

Ketua DPD Golkar Kota Depok Farabi A. Arafiq telah bertemu dengan Ketua DPD PKS Kota Depok Imam Budi Hartono untuk menjajaki koalisi di Pilkada Depok.


Geger Rekapitulasi Suara di Kota Depok: Dugaan Intimidasi hingga Viral Surat PPK Mundur

50 hari lalu

Sejumlah massa dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Depok membawa miniatur keranda berkain putih bertuliskan 'Matinya Demokrasi' saat menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor KPU Depok, Jawa Barat, Rabu, 6 Maret 2024. Aksi tersebut buntut dari temuan dugaan penggelembungan suara saat rekapitulasi suara di panitia pemilihan kecamatan (PPK) guna meningkatkan suara salah satu caleg DPR RI Dapil VI dari partai lain dan berharap agar KPU Kota Depok tegas menjunjung netralitas hingga integritas agar pesta demokrasi yang jujur dan adil. TEMPO/M Taufan Rengganis
Geger Rekapitulasi Suara di Kota Depok: Dugaan Intimidasi hingga Viral Surat PPK Mundur

Proses rekapitulasi penghitungan suara di Kota Depok diwarnai dugaan intimidasi. Proses rekapitulasi sempat terhenti.


Politikus PDIP Sebut Relokasi Paksa Siswa SDN Pondok Cina 1 Bukti Keangkuhan Penguasa Depok

11 Januari 2024

Orang tua siswa SDN Pondok Cina 1 yang masih bertahan di gedung sekolah lama di Jalan Margonda Km 4,5 Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji, Depok, Rabu, 3 Januari 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Politikus PDIP Sebut Relokasi Paksa Siswa SDN Pondok Cina 1 Bukti Keangkuhan Penguasa Depok

Wakil Ketua DPRD Kota Depok dari Fraksi PDIP, Hendrik Tangke Allo, menilai relokasi paksa siswa SDN Pondok Cina 1 bukti keangkuhan penguasa Depok.


Wali Kota Gratiskan Depok Open Space Dipakai untuk Pertunjukan

25 Desember 2023

Suasana saat peresmian Depok Open Space depan balai kota, Jalan Margonda Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Sabtu malam, 23 Desember 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Wali Kota Gratiskan Depok Open Space Dipakai untuk Pertunjukan

Warga Kota Depok dipersilakan memanfaatkan Depok Open Space jika ingin membuat pertunjukan di sana tanpa dipungut biaya


PMT Lokal Rp 18 Ribu hanya Dapat 2 Otak-otak, Kota Depok: Bukan Otak-otak Pinggir Jalan

17 November 2023

Suasana lomba cipta menu untuk Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan lokal di Kediri, Jawa Timur. (ANTARA/HO Dinas Kominfo Kota Kediri)
PMT Lokal Rp 18 Ribu hanya Dapat 2 Otak-otak, Kota Depok: Bukan Otak-otak Pinggir Jalan

Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk lebih menekan angka stunting di Kota Depok ramai diperbincangkan


Hendak Study Tour, Bus Rombongan SMPN 3 Depok Kecelakaan di Cipali

5 Oktober 2023

Ilustrasi mobil kecelakaan tunggal. thebalance.com
Hendak Study Tour, Bus Rombongan SMPN 3 Depok Kecelakaan di Cipali

Bus yang ditumpangi siswa SMP Negeri 3 Depok dikabarkan mengalami kecelakaan di Tol Cipali


Wali Kota Sebut Pemkot Depok Gelar Salat Istisqa Minimalis, Begini Penjelasannya

4 Oktober 2023

Suasana saat Salat Istisqa yang digelar di Lapangan Balaikota Depok, Rabu, 4 Oktober 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Wali Kota Sebut Pemkot Depok Gelar Salat Istisqa Minimalis, Begini Penjelasannya

Pemerintah Kota Depok menggelar salat minta hujan atau Salat Istisqa di Lapangan Balai Kota Depok, Rabu, 4 Oktober 2023.


PKS Prioritaskan Usung Kader Internal untuk Cawalkot Depok

27 Agustus 2023

Presiden PKS Ahmad Syaikhu (tengah) saat menghadiri acara konsolidasi partainya di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat, 18 Agustus 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
PKS Prioritaskan Usung Kader Internal untuk Cawalkot Depok

Ahmad Syaikhu mengatakan PKS telah membuat petunjuk pelaksanaan soal pemilihan kepala daerah 2024.


Kota Depok Jadi Wilayah dengan Polusi Udara Terburuk di Indonesia Pagi Ini

27 Agustus 2023

Kondisi langit Jakarta diselimuti kabut polusi pada hari ketiga pelaksanaan work from home (WFH) bagi 50 persen aparatur sipil negara di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, Rabu 23 Agustus 2023. Menurut situs IQAir, pada Rabu sekitar pukul 08.00 nilai inseks kualitas udara di Jakarta adalah 157 atau dalam kondisi tidak sehat. Tempo/Tony Hartawan
Kota Depok Jadi Wilayah dengan Polusi Udara Terburuk di Indonesia Pagi Ini

Polusi udara di Kota Depok sempat masuk ke dalam kategori sangat tidak sehat.