TEMPO.CO, Jakarta -Siapa penguasa dunia? Pertanyaan sederhana itu menjadi sangat serius ketika yang melontarkannya adalah tokoh intelektual sekaliber Avram Noam Chomsky. Banyak orang yang lantas tergelitik untuk mengulik apa jawabannya.
Dalam buku terbarunya kali ini, Sang Bapak Linguistik Modern jebolan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu kembali mengobrak-abrik berbagai fakta sejarah penuh intrik tentang jalan menuju hegemoni dunia; khususnya pascatragedi 9/11.
Sebagaimana banyak karya-karya kritisnya terdahulu, sentral buku ini masih berkutat seputar arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) yang menjadi bola panas penggeser peta perpolitikan global berikut segala intrik peliknya. (Baca :Mau Menaksir Kesehatan Seseorang? Lihat Saja Matanya)
Seperti biasa, Chomsky—yang pernah dimasukkan ke dalam daftar musuh negara oleh Presiden AS ke-37 Richard Nixon—menguak berbagai analisis dan argumen kiri yang selama ini enggan dibeberkan media arus tengah AS ke hadapan publik.
Misalnya; bagaimana pria 88 tahun itu lantang menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap sistem imperialisme modern yang diterapkan pemerintah AS melalui keterlibatannya dalam berbagai perang skala besar yang menguras budget negara.
Diakui atau tidak, sesaat sejak akhir Perang Dunia (PD) II, Negeri Paman Sam berdiri jauh di barisan terdepan; nyaris tanpa kekuatan penyeimbang. Sebagian kalangan berpendapat ke-unipolar-an AS masih tetap demikian adanya sampai saat ini. (baca :Pertama Kali ke Luar Negeri? Jangan Sendirian, Ini Alasannya)
AS, menurut hemat Chomsky, adalah negara dalang di balik berbagai isu utama dunia saat ini. Bahkan, dia menulis satu bab khusus berjudul Tangan Gaib Kekuasaan yang menguak cerita intervensi AS dan aliansi Barat-nya di Asia Timur dan Timur Tengah.
Selanjutnya : Suatu hari dalam hidup pembaca The New York Times