TEMPO.CO, Jakarta - Bali dikenal sebagai destinasi pariwisata yang menyenangkan untuk para penggemar olah raga berselancar alias surfing. Peringatan Hari Kartini di Bali akan dimeriahkan oleh aksi surfing para perempuan yang menggunakan kebaya di Pantai Kuta pada Kamis, 20 April 2017. Acara yang sudah memasuki tahun ke-7 itu diberi tajuk Kartini Festival.
Ketua Asosiasi Selancar Indonesia Made Supatra Karang berharap momen perayaan Hari Kartini mampu meningkatkan antusiasme dan gairah dalam olahraga surfing di Bali. "Di Bali atlet kita bisa punya lebih banyak jam terbang mencari ombak," katanya saat jumpa media di Bliss Surfer Hotel, Kuta, Selasa, 18 April.
Menurut dia, kegiatan surfing di Bali sangat berpotensi untuk promosi pariwisata. "Potensi luar biasa besar untuk tingkat internasional," ujarnya. Ia menjelaskan pada 1980-an, di Pantai Kuta pernah diadakan kontes surfing. Saat itu, tutur dia, peliputan media dari luar negeri membuat nama Pantai Kuta semakin terkenal untuk olah raga berselancar.
"Di Bali, selain kebudayaan, surfing juga luar biasa dalam bagian pariwisata," tuturnya.
Ia menambahkan, di Bali sesungguhnya ada banyak pantai yang memiliki potensi ombak bagus untuk surfing. Di antaranya, kata dia, pantai Uluwatu, Dreamland, Keramas, Padang Padang, dan Medewi.
"Ada banyak lagi selain itu yang belum terkenal, sehingga Bali itu tidak kekurangan tempat bagi para surfer. Kalau di Pantai Kuta saja, ombak itu bisa jadi rebutan sampai 200 orang di sana main surfing," katanya.
Penyelenggara Kartini Festival Piping menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, pantai-pantai di Bali bagaikan "tambang emas" yang tidak akan habis bagi para surfer. Selain itu, ujar dia, jasa pelatihan surfing di Bali juga sangat banyak.
"Di seputaran Kuta dan Legian saja bisa mencapai 150," ujar pria yang sudah 30 tahun menggeluti dunia surfing itu.
BRAM SETIAWAN