Inilah Efek Jangka Panjang Obat Antidepresan

Reporter

Haris Setyawan

Editor

Nurhadi

Selasa, 3 Januari 2023 15:10 WIB

Meskipun antidepresan merupakan obat yang berguna untuk mengobati depresi, namun ternyata dapat menyebabkan efek samping.

TEMPO.CO, Jakarta - Obat antidepresan sudah ada sejak lama dan ampuh diresepkan untuk pereda depresi atau kecemasan. Di sisi lain, menurut para ahli medis, penggunaan jangka panjang obat antidepresan bisa menimbulkan beberapa risiko gangguan otak dan tubuh secara keseluruhan.

Seorang profesor perawatan primer di University of Southampton, Tony Kendrick, mengatakan, mengkonsumsi antidepresan jangka panjang memang memberi manfaat. Tetapi setelah dua tahun tidak ada bukti bahwa antidepresan membuat pasien tetap sehat. “Efeknya justru bisa permanen,” kata Kendrick dikutip dari News Sky.

Menurut analisis Kendrick, beberapa efek jangka panjang obat antidepresan di antaranya mengalami peningkatan risiko stroke, pendarahan di perut, pendarahan otak, hingga epilepsi. “Jika itu menyebabkan efek stroke hingga gangguan ginjal, akan terungkap seiring bertambahnya usia dan sulit untuk mengobatinya,” ujarnya.

Sementara Joanna Moncrieff, dosen klinis di University College London, percaya bahwa tingkat keparahan dan durasi gejala penarikan antidepresan sebagai indikasi obat tersebut telah mengubah cara kerja tubuh. Dia mencontohkan seperti antipsikotik yang mampu mengubah otak dengan cara yang membuat kecanduan.

“Usaha penarikan antidepresan yang begitu lama menunjukkan obat tersebut telah mengubah otak dan perubahan tersebut membutuhkan waktu sangat lama untuk kembali normal dan mungkin mereka tidak bisa kembali normal,” kata Moncrieff dikutip dari sumber yang sama.

Advertising
Advertising

Penelitian pada 2016 di School of Psychology, University of Auckland, New Zealand, menemukan setidaknya delapan efek samping dari pemakaian obat antidepresan jangka panjang. Antara lain sebagai berikut:

- Masalah seksual (72 persen), termasuk ketidakmampuan mencapai orgasme (65 persen)

- Penambahan berat badan (65 persen)

- Merasa mati rasa secara emosional (65 persen)

- Tidak merasa seperti diri mereka sendiri (54 persen)

- Perasaan positif berkurang (46 persen)

- Merasa seperti kecanduan (43 persen)

- Kurang peduli dengan orang lain (36 persen)

- Merasa ingin bunuh diri (36 persen).

Beberapa penelitian lain juga telah mencatat apa yang tampaknya menjadi hubungan antara penggunaan antidepresan dan masalah regulasi gula darah, termasuk diabetes tipe 2. Tinjauan sistematis yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care edisi 2013 meneliti hubungan ini untuk lebih memahami apa yang sedang terjadi.

Mereka mengamati 22 studi, termasuk pasangan dengan lebih dari 4.000 peserta. Berikut ini beberapa temuan yang mendorong peninjauan:

- Antidepresan dapat memperburuk kontrol gula darah karena dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang signifikan.

- SSRI dan Pamelor (nortriptyline) dilaporkan memperburuk kontrol gula darah pada penderita diabetes.

- Antidepresan trisiklik menyebabkan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) pada manusia.

- Pada tikus, antidepresan trisiklik menyebabkan kondisi yang disebut hiperinsulinemia.

HARIS SETYAWAN

Baca juga: Depresi Tak Cukup dengan Obat Antidepresan, Perlu Terapi Khusus

Berita terkait

Saran buat Jemaah Haji dengan Diabetes dari Pakar Diet

3 hari lalu

Saran buat Jemaah Haji dengan Diabetes dari Pakar Diet

Jemaah haji dengan diabetes diminta mengatur pola makan agar kadar gula darah stabil selama beribadah di Tanah Suci.

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

12 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

13 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Tinggi Gula dan Asam, Siapa Saja yang Harus Menghindari Nanas?

14 hari lalu

Tinggi Gula dan Asam, Siapa Saja yang Harus Menghindari Nanas?

Buah nanas memang kaya vitamin dan mineral. Tapi tak semua orang bisa leluasa memakan buah ini. Berikut yang sebaiknya menghindari.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

14 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

15 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

15 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Samsung Galaxy Watch 7 Dikabarkan Memiliki Sensor yang Bisa Memantau Gula Darah

16 hari lalu

Samsung Galaxy Watch 7 Dikabarkan Memiliki Sensor yang Bisa Memantau Gula Darah

Sebuah laporan terbaru dari Korea Selatan mengungkapkan fitur sensor kesehatan penting yang dapat dimiliki Samsung Galaxy Watch 7.

Baca Selengkapnya

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

18 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

18 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya