TEMPO.CO, Jakarta - Sensasi mengendarai motor besar atau motor gede alias moge memang beda-beda. Tapi Andry Desuardi punya pengalaman sendiri, “Yaitu saat di tikungan,” katanya.
Menjalankan moge seberat 400 Kilogram di jalanan dengan sudut 40 sampai 90 derajat jelas mengundang adrenalin mengalir deras. Entah apalagi yang dirasakan lelaki berusia 41 ini saat kelokan jalan berhasil dilalui dengan mulus. “Senang banget,” katanya sumringah.
Apalagi di motornya, Andry memasang tape recorder plus soundsytem-nya. Asyiknya melewati tikungan-tikungan jalan dengan motor kesayangan sambil menikmati musik favorit.
Andry Desuardi Sekjen HDCI Tanggerang l Foto ISTIMEWA
Sosok yang juga dikenal sebagai Sekjen Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Tangerang, ini mengaku mengendarai motor besar dari tahun 2012. “Semua orang yang suka motor cita-citanya pingin punya motor besar, saya dari SMP memang suka motor,” ujar Andry di Sunbreeze Hotel, Jakarta Selatan, Minggu, 17 September 2017.
Baca juga:
2 Hal Ini Bikin Pengendara Moge Tampak Arogan
Tur Tiga Negara, Mereka Sempat Disambut Pangeran Brunei
Ia menambahkan sejak kecil kalau lihat orang lain mengendarai moge semacam Harley pasti ada rasa kagum. “Pasti keren bener, namanya laki-laki pasti suka,” ujar Andry. Akhirnya, motor impian pun dimilikinya 5 tahun lalu. “Sangat cinta,” ujar pria berkacamata tersebut mengenai motor besarnya.
Dengan motor besarnya itu, Andry memang tampak keren. Tak sekadar hobi kumpul-kumpul silaturahmi dengan sesama para biker lainnya, Andri dan komunitas HDCI-nya pun melakukan banyak aktivitas dari touring sampai aksi sosial.
Kegiatan sosial yang sudah dilakukan Andry dan komunitasnya memang?? dilakukan diam-diam. Misalnya yang baru-baru ini adalah menyumbang kaki palsu, juga menjadi tim bedah rumah. “Jadi sekalian, hobi dan sosial juga jalan,” katanya
Cintanya pada moge ini memang lumayan besar, sehingga dia seolah tak tahu apa tak asyiknya mengendarai moge. “Bicara soal dukanya bermoge, sebetulnya tidak ada,” katanya. Tapi tak lama kemudian dilanjutkan, “Kecuali kalau lagi touring terus mogok. Nah, itu dongkol bener. Artinya kita ga bisa lanjutin lagi kan,” tutur sosok yang juga dikenasl sebagai wirausaha tersebut. ??
Para rider dari komunitas Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Tangerang saat acara kopdar di Rukan Permata Senayan, Jakarta, 17 September 2017TEMPO/Ilham Fikri
Meski mekanik disediakan untuk mengantisipasi masalah selama touring berlangsung. “Tapi kadang kan namanya trouble itu tak terduga. Padahal sebelum touring itu kita sudah siapkan selengkap mungkin, eh ternyata mogok juga, terus spare part (pengganti)nya itu ga ada. Yahh mau ga mau tak bisa kita terusin,” jelas Andry. Jika hal ini terjadi, mau tidak mau yang motornya bermasalah harus naik mobil selama touring.
Biaya perawatan moge memang tak sedikit. Modifikasi motornya, misalnya, tak bisa dihindarkan. “Misalkan mesinnya ditutup, knalpot juga, sehingga suaranya lebih keluar, terus vlegnya, joknya, dan banyak lagi,” kata Andry.
Belum lagi biaya perawatan. Setiap servis Andri merogoh sekitar Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Kecuali ada pergantian spare part bisa sampai Rp10 juta.
“Biaya perawatan moge sama saja dengan kendaraan biasa, cuma memang biayanya agak lumayan. Pajaknya juga lumayan, mungkin karena rata-rata import. Makanya sebenarnya kita penyumbang pajak terbesar sih,” kata Andry sambil tertawa lepas.??
AMMY HETHARIA?