TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi orang dengan gangguan bipolar cenderung memburuk jika tidak dikendalikan. Pemikiran dan perasaan kesendirian yang kronis, bila tidak dipulihkan dapat menjurus kepada hal-hal negatif, bahkan bunuh diri. Untuk itulah, kepedulian dan dukungan dari berbagai pihak akan meningkatkan serta menjaga stabilitas kesehatan mental orang dengan gangguan bipolar.
Menghadapi seseorang dengan gangguan bipolar secara tenang memang bukan hal yang mudah. Namun, bukan berarti seseorang dengan gangguan bipolar harus dijauhi atau ditakuti. Peran lingkungan sekitar, termasuk keluarga, dalam mencari informasi terkait gangguan bipolar dan mau menemani serta mencoba memahami seseorang dengan gangguan bipolar menjadi salah satu upaya pemulihannya.
Baca juga:
Heboh Surat Lamaran Kerja Steve Jobs, Begini Cara Membuat CV
Mau Jadi Vegetarian Takut Kekurangan Gizi? Simak Komunitas Vegan
Depresi? Coba Lakukan Kegiatan Menggambar untuk Terapi
Dokter sekaligus konsultan spesialis kejiwaan, Hervita Diatri, menjelaskan pengelolaan dan pengendalian diri bagi seseorang dengan gangguan bipolar. "Untuk pengelolaan dan pengendalian bipolar tentunya harus dimulai dari diri sendiri. Lakukan pola hidup yang sehat," ungkapnya dalam acara seminar kesehatan dalam rangka memperingati Hari Bipolar Sedunia dan Peluncuran Boneka Hagi pada 20 Maret 2018 di Jakarta.
Pola hidup yang dimaksud tentu saja meliputi istirahat atau waktu tidur yang cukup, mengatur pola makan dan minum, juga rutin melakukan olahraga. Selain itu, upayakan untuk selalu bersyukur dan mengembangkan rasa percaya kepada diri sendiri setiap hari. Hal ini untuk menyingkirkan perasaan kesepian, kesendirian juga rendah diri.
"Dengan membuat perencanaan jangka pendek dengan target yang realistis juga menjadi salah satu upaya dalam pengelolaan dan pengendalian diri seseorang dengan bipolar." Dan, yang terakhir, gangguan bipolar dapat dikelola diri sendiri dengan membina kontak sosial, hindari keinginan atau perasaan untuk selalu sendiri.
Pihak keluarga juga mempunyai peran yang penting dalam pengendalian dan pengelolaan seseorang dengan gangguan bipolar, "Bukan mengawasi. Berikan dukungan juga pendampingan bagi seseorang dengan gangguan bipolar," ungkap dokter yang akrab disapa dr. Vita ini. Rasa percaya keluarga bahwa seseorang dengan gangguan bipolar dapat dikendalikan dan diatasi mempengaruhi tingkat rasa percaya diri penderita gangguan bipolar itu sendiri.
Untuk itu, bukan hanya peningkatan rasa percaya diri dan rasa syukur dari seseorang dengan gangguan bipolar yang dibutuhkan, namun dari pihak keluarga juga memiliki peran penting. Keluarga harus turut berperan dalam memelihara kontak sosial seseorang dengan gangguan bipolar, "Ajak dalam acara-acara keluarga, seperti arisan misalnya. Jangan biarkan sendiri dirumah. Itu bisa memicu munculnya pikiran-pikiran berlebih yang menuju hal-hal negatif," kata Vita.
Setelah diri sendiri dan keluarga, masyarakat juga diharapkan dapat berperan dalam pengelolaan dan pengendalian seseorang dengan gangguan bipolar tersebut. Dengan pemberian peluang dari masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas komunitas, akan membuat masyarakat mendapatkan informasi terkait gangguan bipolar dan mampu memahami seseorang dengan kondisi tersebut. Jika masyarakat mampu memahami dan mendapatkan informasi seputar gangguan bipolar secara tepat, hal tersebut bisa membuat penderitanya diterima dan didukung dalam lingkungannya.
Yang terakhir, Vita melanjutkan, peran pemerintah dalam pengendalian dan pengelolaan seseorang dengan gangguan bipolar juga penting. "Pemerintah dapat memberikan perlindungan, penghargaan, dan pemenuhan kebutuhan bagi pemulihan serta pengembangaan seseorang dengan gangguan bipolar," dan Vita juga menjelaskan bahwa pemerintah dapat berperan, dalam hal ini, dengan menyediakan sumber daya yang memadai untuk mejalankan terapi bagi seseorang dengangangguan bipolar.