TEMPO.CO, Jakarta - Belajar tentang keuangan penting dilakukan masyarakat. Generasi Milenial, kelompok masyarakat yang dianggap boros dan kurang memikirkan investasi pun perlu untuk melek keuangan.
Sebagai seorang pegawai negeri sipil yang belum genap lima tahun bekerja, penghasilan Bernadeta hanya cukup untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Perempuan 29 tahun yang bekerja di salah satu kementerian ini mengaku, sumber penghasilan tambahan lain yang bisa ia andalkan adalah uang saku dinas perjalanan ke luar kota dari kantornya. "Itu pun tidak rutin," ujarnya kepada Tempo, Awal Mei 2018. Baca: Pernah Duet dengan Ahmad Dhani, Ini Perjalanan Karir Dewi Perssik
Baca juga:
Dengan penghasilan yang dirasa pas-pasan, Deta-begitu ia biasa disapa-harus pintar-pintar mengatur pengeluarannya agar gaji bulanannya tak habis begitu saja. Apalagi dia sejak dulu bercita-cita punya tempat tinggal sendiri. Beruntung, sejak pertama bisa memiliki penghasilan sendiri, Deta sudah memulai menyimpan uangnya dalam beberapa instrumen investasi. Belakangan, berbagai macam instrumen investasi itu banyak dipromosikan di media-media sosial dalam kemasan yang menarik buat anak muda.
Deta menyisihkan sebagian pendapatannya untuk diinvestasikan dalam bentuk reksa dana sejak 2013. "Sekitar 30 persen dari pendapatan rutin saya setorkan tiap bulan ke bank," ujarnya. Waktu itu Deta memilih investasi pada reksa dana campuran dan saham. Merasa masih kurang, dia juga mencicil membeli emas di Pegadaian. Baca: Heboh Sule Cerai, Sule Pernah Dihukum dengan Selendang Isi Batu
Awalnya, Deta merasa ragu saat hendak menginvestasikan uangnya di reksa dana. "Karena risikonya lebih besar ketimbang investasi lain seperti deposito." Bersama seorang temannya, dia mempelajari skema investasi yang ia bidik. Konsultasi dengan pegawai bank pun ia lakukan agar lebih yakin memilih produk reksa dana.
Salah satu trik yang ia gunakan untuk mempelajari produk reksa dana adalah membandingkan kinerja produk-produk yang ditawarkan. "Saya pilih yang penurunan nilainya tidak terlalu dalam, sehingga lebih aman." Adapun bank kustodian (tempat menitipkan dana investasi) yang dipilih adalah yang menyediakan fitur auto-debet setiap bulan. Dengan demikian, gajinya langsung terpotong dan masuk ke instrumen investasi.
Deta mengaku menyisihkan uang untuk investasi adalah bentuk pengorbanannya untuk masa depan agar lebih terjamin. Dia terpaksa menahan hasrat berbelanja dan berlibur dengan lebih kuat, karena penghasilannya sebagian sudah disisihkan untuk tabungan masa depan. Baca: Ternyata Awal Mula Kaesang Pangarep Bisnis untuk Bayar Kuliah
Hasilnya cukup manis. Dalam waktu empat tahun menabung dan menyimpan uang di reksa dana dan menabung emas, Deta mengaku sudah mampu membayar uang muka sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Menurut dia, secara keuntungan, reksa dana menjanjikan hasil lebih besar ketimbang emas. "Tapi memang harus teliti memilih produknya sebelum berinvestasi."
Deta bisa dibilang sebagai anak muda yang sudah melek manajemen keuangan. Meski belajar sendiri tanpa bantuan perencana keuangan, dia sudah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan. Golongan ini, menurut Otoritas Jasa Keuangan, dianggap sudah paham fitur-fitur yang ada pada bank atau perusahaan jasa keuangan, termasuk mengetahui manfaat dan risiko, hak, serta kewajiban yang terkait dengan produk dan jasa keuangan. Baca: Seks dengan Penderita Kanker Serviks, Lelaki akan Tertular?
Sayangnya, kelompok masyarakat yang melek ilmu menata keuangan ini belum banyak. Berdasarkan hasil survei OJK pada 2013, jumlah masyarakat Indonesia yang terbilang "melek keuangan dengan baik" baru 21,84 persen. Dalam hasil survei berikutnya, pada 2016, jumlah itu hanya naik sedikit menjadi 29,7 persen.
Masih banyaknya kelompok masyarakat yang belum "melek keuangan" dengan baik ini, menurut Ketua Satuan Tugas Waspada Investasi OJK Tongam L. Tobing, menjadi salah satu penyebab masih banyaknya korban praktik investasi bodong. Masyarakat yang tidak paham investasi cenderung mudah tergiur keuntungan besar dalam waktu cepat. "Ini yang dimanfaatkan para pelaku (penipuan)," ujarnya, beberapa waktu lalu.
PRAGA UTAMA | DINI PRAMITA | VINDRY FLORENTIN