TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyebutkan rata-rata per hari perokok Indonesia menghabiskan rokok sebanyak 12,3 batang.
Dengan lebih dari 90 juta orang perokok yang mayoritas laki-laki, dan rerata per batang rokok Rp 1.000, dalam sehari belanja rokok orang Indonesia ditaksir mencapai Rp 1,1 triliun.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie sangat menyayangkan karena seandainya besarnya biaya tersebut dibelikan makanan yang baik, mungkin kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia dapat tercukupi.
Baca juga: Tetap Lapar Paska Buka Puasa? Intip Siasat Mengatasinya
“Ini sungguh memprihatinkan. Tren pengeluaran rumah tangga termiskin di Indonesia lebih mengutamakan produk hasil tembakau (rokok) dibandingkan dengan kebutuhan pokok lain, seperti telur atau susu,” ujar Putri dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Rabu, 30 Mei 2018.
Putri menyebutkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi dan Pengeluaran BPS pada 2015 mencatat bahwa rata-rata pengeluaran bulanan penduduk termiskin untuk membeli padi-padian (15,51 persen), diikuti produk tembakau dan sirih (12,56 persen).
Adapun untuk telur, susu, dan protein lain persentasenya sangat kecil, yakni hanya 1,98 persen. “Ini yang sering kali terjadi, biaya yang dialokasikan untuk membeli rokok lebih besar dibandingkan dengan untuk membeli makan untuk keluarganya,” tuturnya.
Baca juga:
Penderita Diabetes, Ini 6 Tips Jalani Puasa Menurut Ahli
Persiapan Mudik, Apa yang Harus Diperhatikan Penderita Diabetes?
Menurut dia, kebiasaan buruk masyarakat mengkonsumsi rokok menjadi tantangan nyata bagi pembangunan sumber daya generasi bangsa Indonesia, terutama dalam mencukupi kebutuhan gizi mereka agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga bisa bersaing secara global pada masa depan.
“Sudah tersita untuk rokok, ditambah adanya budaya di beberapa daerah yang mendahulukan pria untuk mengambil porsi lauk pauk paling besar saat makan, baru diikuti anak dan istrinya. Kalau seperti ini, bagaimana bisa terpenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan ibu hamil?” ujar Putri.