TEMPO.CO, Jakarta - Siapa menyangka kanker darah atau leukemia itu risikonya bisa lebih tinggi jika kita menderita diabetes? Tapi begitulah fakta yang disebutkan dalam sebuah penelitian yang dirilis jurnal berita dan ilmu pengetahuan Eurekalert pada Kamis, 19 Juli 2018.
Baca juga:
Picu Kanker, Obat Tekanan Darah Ini Ditarik dari Pasaran
Berapa Biaya yang Harus Dikeluarkan untuk Perawatan Leukemia?
Disebutkan juga dalam penelitian yang dilakukan para peneliti dari The George Institute for Global Health ini bahwa wanita lebih berisiko dibanding pria dalam kondisi diabetes yang sama. Berikut ini lima temuan kunci dari penelitian tersebut.
- Wanita dengan diabetes 27 persen lebih mungkin mengembangkan kanker dibanding wanita tanpa diabetes. Untuk pria dengan diabetes risikonya 19 persen lebih tinggi terhadap munculnya kanker dibanding pria tanpa diabetes.
- Peneliti juga menemukan bahwa diabetes merupakan faktor risiko untuk sebagian besar kanker pada bagian tubuh tertentu untuk pria dan wanita.
- Secara keseluruhan, dihitung bahwa wanita dengan diabetes 6 persen lebih mungkin secara keseluruhan untuk mengembangkan segala bentuk kanker dibanding pria dengan diabetes.
- Ada risiko lebih tinggi secara signifikan untuk wanita dengan diabetes untuk mengembangkan kanker ginjal (11 persen lebih tinggi), kanker mulut (13 persen lebih tinggi), kanker perut (14 persen lebih tinggi), dan leukemia (15 persen lebih tinggi) dibanding pria dengan kondisi ini.
- Untuk kanker hati, risikonya 12 persen lebih rendah untuk wanita dengan diabetes dibandingkan dengan pria dengan diabetes.
Diabetes mempengaruhi lebih dari 415 juta orang di seluruh dunia, dengan lima juta kematian setiap tahun. Di Australia, ini adalah kondisi kronis yang paling cepat berkembang dengan 280 orang mengembangkan penyakit ini setiap hari.
Diyakini bahwa glukosa darah yang tinggi mungkin memiliki efek penyebab kanker, dengan menyebabkan kerusakan DNA. Demikian hasil penelitian yang diambil dari 47 penelitian di berbagai negara, termasuk Amerika, Jepang, Australia, Cina, dan Inggris.
THE GEORGE INSTITUTE | EUREKALERT