Dalam proses konseling tersebut, biasanya konselor atau psikolog akan mempertanyakan lebih jauh mengenai pola asuh yang diberikan oleh kedua orang tua, proses komuniksasi dan budaya di dalam keluarga, relasi emosi yang terjalin antara anak –dalam hal ini pasangan- dengan orang tua. Dari poin-poin tersebut, akan diketahui karakter yang terbentuk dari masing-masing pasangan. Jika karakter tersebut sudah diketahui dan dipahami sedari awal, kedua pasangan akan bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi ke depannya.
Baca: Mau Foto Pranikah? Intip Dulu 5 Tips Ini
Selain itu, di dalam proses konseling juga akan dikupas lebih jauh mengenai gaya hidup, proses pengaturan keuangan hingga kebiasaan baik dan buruk dari pasangan. Jangan sampai kebiasaan buruk baru diketahui setelah menikah dan tidak dapat menerima perbedaan tersebut. “Mau dilihat jeleknya saja atau mau dilihat perbedaan karakter dan kepribadian tersebut untuk bisa saling melengkapi. Penting juga mempelajari bagaimana menghadapi marahnya pasangan.”
Menurutnya konseling dapat dilakukan jauh-jauh hari sebelum hari pernikahan. Biasanya dilakukan bersamaan sambil mempersiapkan pernikahan, setahun, enam bulan atau tiga bulan sebelum tanggal yang ditentukan.
Ilustrasi pasangan merencanakan pernikahan. shutterstock.com
Untuk biaya yang harus dikeluarkan pada setiap sesi konseling sangat tergantung dari masing-masing konselor. Jika bentuknya pelatihan dua hari dari pagi sampai sore biasanya berkisar antara Rp2 juta hingga Rp3 juta per orang. Namun, jika konseling dilakukan secara pribadi berdasarkan waktu sekitar 60 sampai 90 menit maka biaya yang dikeluarkan sekitar Rp600 ribu hingga Rp1 juta.
Baca: Seks Pranikah, Dampaknya bagi Anda dan Pasangan
Bagi pasangan jangan hanya melihat besar atau kecil biaya yang dikeluarkan tetapi bagaimana dampak jangka panjang yang akan dirasakan setelah konseling sebelum memutuskan untuk menikah dan mempertaruhkan kehidupan masa depan. “Ada pasangan yang setelah konseling, mereka mulai berpikir ulang untuk memberi jarak dan saling instrospeksi diri sebelum memutuskan menikah, ada juga yang merasa sulit untuk bersama dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan. Ada juga yang merasa semakin yakin, saling menerima dan terus belajar satu sama lain. Itu semua sangat tergantung dari masing-masing pasangan,” ujarnya.