TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan agar generasi milenial mulai membuat perencanaan yang matang dalam menghadapi masa depan, salah satunya dengan menyiapkan dana pensiun. "Mumpung masih muda, himpun dana pensiun dari sekarang. Jangan sampai mengumpulkan dana pensiun dua tahun sebelum pensiun," kata Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Asosiasi Dana Pensiun di Jakarta, Rabu, 26 September 2018 seperti dikutip Antara.
Baca: Menghadapi Penuaan Populasi
Sri menjelaskan generasi milenial merupakan kalangan yang berorientasi pada masa kini dan kurang menyiapkan antisipasi dalam menghadapi masa depan. Padahal perencanaan finansial untuk menghadapi masa tua juga penting.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini meminta kepada para pengelola dana pensiun untuk membuat sosialisasi sebagai sarana edukasi bagi generasi milenial agar tidak terbuai dengan kejayaan masa kini dan mulai berinvestasi pada dana pensiun. "Ini masa yang penting dan strategis bagi pengelola dana pensiun melakukan sosialisasi dan edukasi dana pensiun secara masif," kata Sri Mulyani.
Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Dunia sedang menua. Pada 2050 nanti, diperkirakan 1 dari 5 orang di bumi akan berusia 65 tahun ke atas. Sikap masyarakat terhadap usia tua dan lansia akan menentukan kesejahteraan mereka. Indonesia juga mulai memasuki era populasi yang menua. Pada 2010, jumlah lansia atau penduduk di atas 60 tahun Indonesia 18 juta. Pada 2045 nanti, jumlahnya akan meningkat menjadi 56,99 juta
Pusat Kajian Kelanjutanusiaan dan Keluarga (CeFAS) Universitas Respati Indonesia (Urindo), Sudibyo Alimoeso mengatakan populasi yang semakin menua membuat orang harus lebih memikirkan bagaimana bisa hidup mandiri di masa yang akan datang. "International Monetary Fund (IMF) pernah mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia akan tua sebelum menjadi kaya," katanya saat dihubungi 6 November lalu.
Uang pensiun menjadi salah satu dana yang sangat diharapkan menjadi masukan para orang lanjut usia ini. "Dengan memikirkan dana pensiun, harapannya para lansia ini bisa survive di masa tua," katanya.
Sudibyo mengatakan saat ini ada 5 persen lansia yang tetap bekerja setelah menjalani masa pensiun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. 65 persen lansia di Indonesia menggantung hidupnya kepada keluarga. "Sisanya tetap mencari uang dengan serabutan karena tidak mendapatkan pensiun" katanya.
Ilustrasi pasangan lansia/kakek-nenek. Freepix.com
Masalah saat ini, kata Sudibyo, lansia di Indonesia masih belum bisa mandiri dalam hal keuangan. Bila hal ini tidak dicari solusi, maka lansia akan menjadi ancaman ketika populasi Indonesia semakin tua.
Sudibyo mengatakan pendapatan menjadi lansia pastinya akan sangat sedikit saat pensiun dari kantornya. Ia mencontohkan seorang pegawai negeri sipil di tingkat eselon 1, dalam sebulan bisa saja mendapatkan gaji dan tunjangan sebanyak Rp 30-40 juta. Namun ketika sudah pensiun, kemungkinan besar, dia hanya mendapatkan sebanyak Rp 4 juta saja.
Setuju dengan Sri Mulyani, Sudibyo mengingatkan agar masyarakat mulai berpikir tentang hari tua. Pensiun dan menjadi lansia itu suatu hal yang alami terjadi. Setiap orang tentunya harus menerima keadaan itu. "Manajemen keuangan yang setiap orang harus miliki. Tidak mungkin para lansia ini hanya bisa tergantung pada orang lain. Coba kembangkan hobi, kesehatan dan harus ada jaminan hari tua nanti," katanya mengingatkan.
Baca: Pentingnya 7 Dimensi Ini untuk Dukung Kehidupan Lansia
Sudibyo juga menjelaskan bahwa penting sekali para lansia inibisa terus aktif dan menjaga kesehatan mereka di masa pensiun. Alasannya, dengan menjaga kesehatan, maka para lansia ini tidak akan menjadi beban keluarga atau bahkan beban negara. Salah satu cara terbaik untuk bisa tetap sehat pada usia lanjut usia adalah dengan memperhatikan tujuh dimensi ini. Yaitu dimensi spiritual, dimensi intelektual, dimensi hobi, dimensi kesehatan fisik, dimensi vokasional, dimensi sosial, dimensi lingkungan.
Kepala Komunikasi dan Digital HelpAge International, Patrick Wilson menjelaskan bahwa dunia memang semakin menua. Ada negara yang menua dengan lambat, ada pula yang menua dengan cepat, seperti Jepang. Cara menyelesaikan masalah populasi yang semakin menua ini pun, kata Patrick, setiap negara bisa belajar dari negara lainnya. "Ada negara yang transisi penuaannya lambat, ada juga yang cepat. Semua ini karena semakin banyak orang yang hidup lebih lama karena mendapatkan fasilitas kesehatan yang semakin membaik," katanya dalam seminar 'A graying world : Populaton Ageing in Asia-Pacific and its implications' di Bangkok, Thailand, pada 30 Oktober 2018 .
Beberapa masalah populasi yang menua ini sama dengan negara lain, sehingga penyelesaiannya pun bisa mirip. Namun banyak juga negara yang menyelesaikannya dengan cara berbeda karena alasan perbedaan lokal dan budaya masing-masing.
Baca: Positif jadi Lansia Buat Anda Hidup 7,5 Tahun Lebih Lama
HelpAge International mencatat, saat ini masih ada 85,8 persen lansia di Indonesia yang tidak mendapatkan uang pensiun. Menghadapi masyarakat yang semakin menua ini, pemerintah tidak bisa hanya memikirkan tentang fasilitas kesehatan untuk para lansia. "Pemerintah juga perlu memikirkan pensiun, karena semakin banyak masyarakat lansia yang akhirnya tinggal sendiri dan terpisah dari keluarga mereka khususnya di daerah urban. Dana pensiun menjadi pemasukan utama mereka," kata Patrick.
Uang pensiun menjadi salah satu pendapatan utama yang mereka miliki. "Untuk itu, kami bekerja sama dengan pemerintah di berbagai negara untuk membicarakan skema pensiun terbaik di negara mereka. Tentu dengan melihat keuntungan dan kerugian masing-masing negara," katanya.