Para ahli kesehatan, termasuk World Health Organization (WHO), setuju bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil, Antimicrobial Resistance (AMR) diperkirakan akan mengakibatkan sekitar 10 juta kematian secara global setiap tahun pada 2050.
Sementara itu, berdasarkan data Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat 135.000 kematian per tahun akibat resistensi antibiotik. Hal ini memunculkan kesadaran akan pentingnya ancaman resistensi antibiotik di Indonesia.
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia (Pamki) Anis Karuniawati mengatakan untuk mengendalikan resistensi antibiotik diperlukan upaya penatalaksanaan antibiotik.
Aturan tersebut sudah dikeluarkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 8 Tahun 2015 yang menyebutkan bahwa setiap rumah sakit diwajibkan memiliki tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan menerapkan program pengendalian antibiotik di rumah sakit masing-masing.
“Artinya, antibiotik tidak bisa dikonsumsi sembarangan. Hanya pasien dengan penyakit tertentu yang membutuhkan antibiotik dan harus dengan resep dokter, tidak bisa dibeli bebas di apotek apalagi toko obat. Kami pun telah mengedukasi semua dokter agar tidak memberikan pasien antibiotik jika tidak membutuhkan,” tuturnya, belum lama ini.
Beberapa penyakit yang sebetulnya tidak membutuhkan antibiotik adalah flu, batuk, demam, dan diare yang sebetulnya bisa disembuhkan hanya melalui pengobatan biasa.
Ternyata, dari hasil penelitian tentang implementasi PPRA dalam mendukung patient safety menunjukan bahwa sosialisasi PPRA memberikan dampak peningkatan kesadaran klinis untuk memeriksakan kultur yaitu dari 29,75 persen menjadi 64,56 persen.
Selain itu, juga mampu menghemat pengeluaran belanja antibiotik sebesar Rp203.000 per pasien selama rawat inap dibandingkan dengan pra sosialisasi PPRA. Sebab, melalui aturan ini, pihak medis melakukan pengendalian dan mengurangi pemberian resep antibiotik bagi pasien yang tidak memerlukan.
Baca juga: Jangan Sembarang Minum Antibiotik, Begini Efeknya Kata Peneliti