TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas pada anak dapat dihindari salah satunya dengan mengurangi konsumsi karbohidrat olahan, demikian saran dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Piprim Basarah Yanuarso. "Terapi obesitas pada usia remaja punya tingkat keberhasilan 10-20 persen saja. Kalau enggak mau keto (diet rendah karbohidrat), kurangi konsumsi karbohidrat olahan. Jajanan yang ada di mini market, jika langsung dimakan, akan langsung meningkatkan kadar gula. Indeks glikemik akan langsung tinggi," kata Piprim di Jakarta, Sabtu 6 April 2019.
Baca: Mau Tetap Langsing, Intip Pola Makan Negara Maju Jepang dan Korea
Piprim mengatakan karbohidrat olahan seperti yang banyak ditemui di toko ritel justru memicu craving atau ingin mengosumsi suatu terus menerus dan tidak mengenyangkan. "Berbeda dengan makanan alami yang langsung diciptakan Allah, misalnya telur, daging, ikan dan bahan pangan lain berikut lemaknya itu mengenyangkan," katanya.
Ketika seseorang mengonsumsi karbohidrat olahan pabrik, lanjut Piprim, orang itu mampu menghabiskan makanan itu dalam jumlah banyak seorang diri. "Itu namanya sugar craving. Siklusnya, insulin naik dulu, sedangkan gulanya turun. Begitu gula turun, dia lapar lagi dan mengambil (makanan) lagi," kata Piprim.
Para ahli kesehatan menyarankan semua orang mengonsumsi sayuran dan buah meskipun tidak semua buah aman dikonsumsi bagi penderita diabetes, salah satunya pisang. Piprim mengatakan kadar gula dalam pisang tinggi sehingga justru berbahaya dikonsumsi berlebihan, apalagi jika Anda penderita diabetes.
Baca: Waspada, Dampak Obesitas pada Pubertas Anak Laki-Laki
Satu potong pisang besar bisa mengandung 17 gram atau 4,25 sendok teh gula. Sementara, satu cangkir buah anggur mengandung 15 gram atau 3,75 gram sendok teh gula. "Buah mesti dicari yang nutrisi tinggi tapi enggak langsung diubah oleh tubuh menjadi gula. Misalnya alpukat, stroberi, atau buah lain keluarga berry, bengkuang, timun dan buah berserat tinggi," kata Piprim.