TEMPO.CO, Jakarta - Daging anjing rencananya tidak akan lagi diperjualbelikan di daerah Karanganyar, Jawa Tengah. Sebagai pionir aktivitas ini, setidaknya 21 warung dan rumah makan yang menjual daging anjing akan ditutup. Dan bagi para pengusahanya, mereka pun akan diberikan alternatif lapangan kerja.
Baca juga: Konsumsi Daging Anjing Tinggi, Surakarta Diminta Turun Tangan
Menurut bupati Karanganyar, Drs. Juliyatmono, MM, rencana pemerintah tersebut didasari oleh dua hal utama. Yang pertama ialah bagaimana para pebisnis menyiksa hewan yang seharusnya justru dipelihara.
Sebab, hasil penyelidikan tim koalisi Dog Meat Free Indonesia menunjukkan betapa anjing-anjing dipukuli dan digantung dengan kepala di bawah dan kaki di atas sampai darahnya habis dalam keadaan hidup. Ini kemudian menimbulkan trauma tersendiri karena dapat dengan jelas dilihat oleh anjing-anjing lain yang diikat di dalam kandang, yang menanti giliran mereka.
“Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner juga sudah menjelaskan bahwa daging anjing atau daging hewan lain yang tidak terdaftar sebagai hewan ternak, adalah ilegal. Oleh karena itu, adalah suatu hal yang benar untuk memberhentikan penjualannya,” katanya dalam keterangan pers yang diterima TEMPO.CO pada Rabu, 19 Juni 2019.
Baca Juga:
Jika alasan pertama lebih memperhatikan kesejahteraan hewan, alasan selanjutnya mengacu pada manusia. Dalam hal ini, tim penyidik juga menemukan bahwa beberapa pasar di Indonesia menunjukkan angka 7.8 hingga 10.6 persen dari anjing yang dijual untuk dikonsumsi manusia telah terinfeksi rabies. Sehingga, hal ini akan menjadi ancaman yang nyata bagi kesehatan tubuh seseorang.
“Dalam rangka mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh konsumsi daging anjing pula, kami pun semakin bulat untuk segera menutup semua warung guguk di Karanganyar. Sehingga manusia dapat berdampingan secara harmonis dengan lingkungan dan semua makhluk hidup,” katanya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengatakan bahwa pasar daging anjing memiliki tingkat rabies yang lebih tinggi daripada populasi anjing pada umumnya. Sebab, orang sering menjual anjing ke pasar ketika mereka sakit; beberapa anjing yang sakit ini menderita rabies. Kegiatan di pasar daging anjing ini berisiko tinggi menyebarkan rabies.
Baca juga: Solo Jadi Pusat Perdagangan Daging Anjing, 13 Ribu Anjing Dibantai Setiap Bulan
Rabies adalah penyakit yang menyebar luas dengan angka kematian 100 persen pada hewan dan manusia jika tidak diobati dini.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA