TEMPO.CO, Jakarta - Nyeri punggung bagian bawah biasanya muncul di punggung antara tulang rusuk dan kaki. Kondisi ini termasuk yang paling umum dialami banyak orang dan tak jarang membuat mereka tak bisa beraktivitas.
Dalam beberapa kasus, rasa sakit itu hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Namun, tak sedikit pula yang terus berkutat dengan rasa sakit tersebut dalam jangka waktu lama.
Punggung memang rentan terserang cedera karena menopang seluruh tubuh. Mereka yang berusia 30-50 tahun paling banyak terserang nyeri punggung ini dan penyebabnya kemungkinan adalah sebagian besar waktu yang dihabiskan untuk duduk di tempat bekerja.
Menurut Dr. Christopher Maher dari George Institute for Global Health di Universitas Sydney, Australia, ada empat macam nyeri punggung. Salah satunya adalah skiatika, yang disebabkan oleh terjepitnya saraf tulang belakang. Ada juga yang disebut spinal stenosis, yakni ruang terbuka di tulang belakang menyempit sehingga menyebabkan tekanan pada saraf tulang belakang.
Sakit punggung juga bisa disebabkan oleh infeksi, retak, dan penyakit serius seperti kanker. Kepada Live Science, Maher menyatakan secara total, 50 dari 60 penyakit langka bisa menyebabkan nyeri punggung. Namun 90 persen kasus sakit punggung tak diketahui secara pasti penyebabnya.
Otot terkilir atau mengangkat beban berat dengan cara keliru bisa membuat otot atau ligamen tertarik dan nyeri sehingga menyebabkan sakit punggung akut. Lebih dari itu, cakram bantalan di antara tulang belakang cenderung semakin melenceng posisinya seiring dengan pertambahan usia sehingga kemampuan untuk meredam guncangan pun semakin rendah, meski para dokter menganggap masalah ini bukan penyebab utama nyeri punggung.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan nyeri tulang belakang kronis. Merokok, fisik yang kurang aktif, atau kelebihan berat badan berisiko menyebabkan sakit punggung, begitu juga orang yang sering mengangkat beban berat. Sakit punggung juga bisa disebabkan masalah psikologis seperti stres akibat pekerjaan dan kurangnya dukungan sosial.
Menurut sebuah penelitian yang dimuat di European Journal of Pain pada 2017, nyeri punggung juga berkaitan dengan risiko kematian seseorang. Dari hasil penelitian, mereka yang berusia 70 tahun ke atas dan mengalami nyeri punggung dan leher, risiko kematiannya 13 persen lebih tinggi dibanding yang tidak ada masalah dengan punggung.