Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penelitian Terbaru Ungkap Bahaya Radiasi Ponsel

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tengoklah iklan tarif telepon seluler dari berbagai perusahaan. Tawaran mereka benar-benar menggiurkan: gratis bicara sepanjang hari, bebas menelepon semaumu atau ngobrol sampai dower, dan banyak iming-iming lainnya. Gara-gara tarif murah, orang dengan mudah berhalo-halo tanpa batas. Pulsa mungkin saja "aman", namun kesehatan bisa terancam.

Pembantu rumah tangga atau buruh bangunan pun mengantongi telepon. Di Indonesia, menurut Budi Putra, pengamat dan pengelola blog teknologi komunikasi, pengguna telepon seluler kini mencapai 115 juta orang, sekitar separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengguna handphone di seluruh jagat mencapai tiga miliar orang. Dua kali lipat dibandingkan data 2005.

Di balik semua kemudahan berkomunikasi, telepon genggam memunculkan kekhawatiran, terutama bagi kesehatan. Pemicunya, penelitian Vini Gautam Khurana, ahli bedah saraf dari Universitas Nasional Australia, Canberra, yang dipublikasikan pada akhir Maret lalu.

Selama 15 bulan, Khurana menelaah lebih dari 100 penelitian yang telah dilakukan berbagai lembaga, tentang keselamatan penggunaan telepon seluler. Hasil penelitian itulah yang menimbulkan gelombang reaksi besar hingga sekarang, karena Khurana menyatakan penggunaan telepon seluler akan memicu epidemi tumor otak, yang akan membunuh lebih banyak orang ketimbang rokok. Menurut riset profesor peraih 14 penghargaan medis ini, penggunaan telepon seluler--langsung dari handset--lebih dari 10 tahun akan menggandakan risiko terkena kanker otak.

Tidak hanya Khurana yang punya perhatian besar terhadap dampak buruk penggunaan telepon seluler, lembaga penelitian bergengsi lain juga demikian. Pada Juni lalu Mobile Telecommunications and Health Research di Inggris, bekerja sama dengan Imperial College, London, mengadakan penelitian besar-besaran tentang apakah telepon genggam bisa memicu gejala kanker otak, alzheimer, dan parkinson. Penelitian yang didanai pemerintah Inggris dan sejumlah perusahaan seluler ini akan "membuntuti" 90 ribu orang responden selama setahun. Lalu mengevaluasi dampak kesehatannya.

Menjawab kekhawatiran dunia akan bahaya telepon genggam, Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan Health Evidence Network. Ini merupakan layanan informasi Organisasi Kesehatan Dunia Kantor Regional Eropa, sebagai referensi bagi pengambil keputusan di bidang medis.

Ternyata, menurut organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, bukti bahwa radiasi telepon seluler dapat memicu tumor otak, tumor pada sel saraf pendengaran, tumor kelenjar saliva, leukemia dan limfoma, masih "lemah dan tak bisa disimpulkan". Alasannya, orang hanya memakai telepon dalam waktu terbatas--bukan sepanjang hari secara terus-menerus.

Meski begitu, lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, tidak ada bukti bukan berarti tidak ada efek. Harus ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk tiap-tiap kasus. Untuk itu, pada Oktober 2009, organisasi ini akan mengeluarkan rekomendasi resmi tentang aturan menggunakan telepon genggam, tentu saja berdasar penelitian yang lebih kredibel. Khurana sendiri menyarankan untuk membuat penelitian dampak penggunaan telepon seluler dalam jangka 10-15 tahun, agar menghasilkan "kajian ilmiah yang solid".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum adanya kepastian tentang tingkat bahaya penggunaan telepon seluler itulah yang menjadi masalah. Para dokter di Indonesia menyatakan, meski pemakaian telepon seluler meningkat belakangan ini, belum ada penelitian di Tanah Air tentang bahayanya bagi kesehatan. Menurut Silvia F. Lumempouw, dari berbagai kasus penyakit saraf yang ia tangani--termasuk alzheimer dan neuroma akustik--belum pernah ada yang terkait langsung dengan penggunaan telepon genggam. Spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dharma Nugraha ini menyatakan, radiasi dari seluler sebetulnya tak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan sumber radiasi lain seperti rontgen atau CT-scan. Para pekerja medis yang setiap hari berurusan dengan radiasi pun aman, apalagi "cuma" telepon.

Silvia juga mengingatkan, sebetulnya kita juga dikelilingi radiasi dari televisi, radio, komputer, dan berbagai peranti lain. Karena itu, ia menyarankan, kita juga wajib mewaspadai gejala akibat penggunaan handphone yang berlebihan. "Teknologi kan diciptakan untuk memudahkan, bukan untuk membuat sakit," katanya.

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) ini membandingkan telepon genggam dengan obat. Jika sebelum dipasarkan, obat harus sukses melalui serangkaian proses (dicoba di hewan, lalu di manusia, kemudian di orang sakit), alat-alat teknologi pun seharusnya begitu. "Mesti ada aturan dari sisi kesehatan, sebelum produk itu dipasarkan," kata Silvia. Jangan hanya berorientasi pada kecanggihan tapi tak mementingkan sisi medis.

Himawan W.H. juga menyatakan hal senada. Dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan di jaringan Rumah Sakit Mitra Internasional ini menyebut semua radiasi pada dasarnya berbahaya. Namun radiasi dari telepon genggam relatif kecil.

Selain dari telepon genggam, potensi radiasi di sekitar kita yang patut diwaspadai adalah penggunaan microwave, telepon tanpa kabel, paparan sinar matahari langsung, dan penerbangan. Laporan United States Federal Aviation Administration menyatakan, mereka yang terbang secara rutin terekspos radiasi setara dengan 170 kali dipindai sinar X. Karena selalu mengarungi udara itulah, pramugari dan pilot lebih rentan terkena kanker. (Majalah Tempo)

Andari Karina Anom

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

23 jam lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

8 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

9 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

9 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

10 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

10 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

10 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

14 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

17 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.