TEMPO.CO, Jakarta - Ada sejumlah penyakit kronis yang membutuhkan akses fasilitas kesehatan selama pandemi COVID-19, salah satunya kanker. Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K) dari RSUD Dr. Sutomo, Surabaya, menjelaskan kanker ovarium memiliki dua jenis yang bisa diberlakukan secara berbeda selama masa pandemi.
Untuk kanker ovarium stadium dini, Brahmana menjelaskan masih ada peluang untuk menunda pengobatan. Langkah menunda pengobatan pun hanya boleh diambil jika sudah mempertimbangkan berbagai faktor.
“Prognosis, keadaan umum, dan penyakit komorbid,” jelas Brahmana dalam Webinar Seri 1 soal COVID-19 dan Kesehatan Reproduksi.
Sementara itu, kanker ovarium stadium lanjut tidak bisa mengambil opsi menunda pengobatan. Dia menjelaskan beberapa jenis pengobatan yang harus dipertimbangkan bagi pasien kanker ovarium, misalnya pemberian kemoterapi neoajuvan. Selain itu, kemoterapi neoajuvan juga dapat diberikan sampai 6 siklus.
“Jika diperlukan penindakan barulah operasi,” ungkap Brahmana.
Sementara itu, pasien kanker ovarium pascamelakukan kemoterapi ajuvan juga harus melalui proses follow up atau check-up kesehatan tanpa harus terapi. Secara lebih rinci, Brahmana menjelaskan kanker ovarium rekuren juga perlu mempertimbangkan pemberian kemoterapi.
Adapun, kemoterapi untuk kanker ovarium selama pandemi ini harus disusun dengan interval lebih lama. Misalnya, setiap tiga minggu dengan dosis terukur. “Dosis dihitung dengan akurat sehingga mengurangi risiko komplikasi darah yang harus dirawat inap di rumah sakit,” tuturnya.