TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa orang mungkin memiliki kebiasaan untuk berbicara dengan nada tinggi dan suara keras. Namun di tengah pandemi Corona, kebiasaan tersebut sebaiknya mulai dihindari. Mengapa?
Suatu penelitian yang diterbitkan dalam The Prosiding National Academy of Sciences pada 13 Mei rupanya menunjukkan risiko penyebaran virus corona yang lebih besar dari mereka yang berbicara dengan suara keras. Adapun ini dihitung lewat jumlah percikan air liur yang diproduksi saat berteriak.
Dilakukan kepada beberapa peserta di kantor, rumah dan pusat perbelanjaan, ditemukan bahwa setiap detik, orang dengan suara keras akan mengeluarkan 3.600 tetesan kecil. “Ini hampir 50 persen dari percikan air liur suara biasa, yakni 2.600 per detik,” kata studi tersebut seperti dilansir dari situs Asia One.
Sementara itu, percikan air liur dapat bertahan selama kurang lebih 14 menit di permukaan sekitar. Sehingga ini akan meningkatkan risiko penyebaran virus corona jika suara besar dikerjakan oleh pasien positif. “Penelitian ini ingin mengingatkan agar setiap orang menjaga intonasi suara karena banyak pasien Covid-19 yang tidak menimbulkan gejala dan mungkin ada di sekeliling kita,” katanya.
Adapun sebelum rasa takut mengintai, berbagai bentuk pencegahan agar risiko terjangkit Covid-19 rendah, tetap disarankan. “Berbicara dengan nada normal dengan seseorang sambil menjaga jarak sosial akan membuat Anda baik-baik saja. Jangan lupa untuk mengenakan masker dan mencuci tangan,” kata direktur medis pencegahan infeksi dan epidemiologi di Wake Forest School of Medicine, Werner E. Bischoff.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ASIAONE