TEMPO.CO, Jakarta - Ketidakpastian pulihnya dunia akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan bagi sektor pendidikan dalam memberikan kesempatan bagi murid untuk mengenal dan memperkenalkan budaya melalui program pertukaran pelajar. Dalam kondisi saat ini, banyak sekolah di Indonesia memutuskan pembatalan dan atau penundaan kegiatan pertukaran pelajar bagi murid tingkat Sekolah Menengah Atas.
Sekolah Cikal pun terpaksa menunda keberangkatan program pertukaran pelajar bersama dengan Itsukaichi High School, Jepang karena masa pandemi ini. Namun, dengan semangat menjangkau pendidikan tanpa batas, dan penggunaan teknologi yang terintegrasi, Sekolah Cikal akhirnya membuat kegiatan program pertukaran pelajar dan budaya secara daring (Cultural Exchange Program) bagi kelas 10 dengan Itsukaichi High School, Jepang selama dua pekan.
Menurut mentor pelaksanaan Cultural Exchange Program (CEP) Sekolah Cikal, Elza Lidwina Umboh, sebelum pandemi Cikal dan Itsukaichi High School telah berkolaborasi dan bersiap melakukan program pertukaran budaya bagi murid tingkat Sekolah Menengah (Middle Year Program). “Sebenarnya ide kolaborasi CEP online dilatarbelakangi oleh kerja sama yang telah dijalankan sejak lama dengan Itsukaichi High School," kata Elza atau yang lebih dikenal dengan sebutan Keke dalam keterangan persnya pada 14 Juni 2020.
Mrs Miyul Hong, Guru di Itsukaichi High School, Jepang, menuturkan bahwa bermula dari kerjasama guru Cikal dan Itsukaichi High School, program CEP secara daring ini merupakan kesempatan bagi murid untuk saling membangun kolaborasi dan komunikasi antarbudaya. Selain itu, murid-murid juga dapat bertukar pikiran mengenai online learning selama pandemi di sekolah masing-masing. “Kami ingin memberikan kesempatan anak-anak untuk mengikuti pertukaran budaya secara virtual dalam situasi ini. Jepang juga baru mengenalkan budaya belajar daring di setiap sekolah," kata Miyul Hong.
Dalam setiap pertemuan daring, murid-murid Cikal dan Itsukaichi High School tidak hanya membahas proses jalannya pendidikan dari setiap sekolah dan negara masing-masing. Menurut Rinna Nakamoto, murid kelas 10 Itsukaichi High School, ia dan teman-temannya banyak berdiskusi mengenai Covid-19, hingga pariwisata yang mencakup resep makanan khas dari dua negara, Indonesia dan Jepang dengan murid Cikal.
Anak-anak ini memang diminta untuk saling mengenalkan budaya dan wisata masing-masing negara dalam menghadapi Covid-19. Maklum, banyak dari anak-anak itu yang sangat menyukai tema wisata. Selain itu, mereka pun berdiskusi tentang berbagai resep masakan lokal di masing-masing negara. "Menurut saya, program pertukarang pelajar secara virtual ini sangat menarik, karena saya bisa mendapat perspektif berbeda dari yang saya pikirkan," kata Rinna.
Dalam praktiknya, kegiatan pertukaran pelajar secara daring ini menjadi kenangan tersendiri bagi murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu dan murid dari Itsukaichi High School. Untuk pertama kalinya, mereka memperkenalkan budaya Indonesia dari rumah masing-masing. Thalitha Izza, murid kelas 10 Sekolah Cikal Setu, menuturkan bahwa pertukaran pelajar daring ini merupakan hal baru yang membuat dirinya antusias untuk memahami kondisi negara lain selain Indonesia terkait penyebaran pandemi, selain itu Ia juga bersemangat untuk membangun koneksi pertemanan. "Sangat baik ketika ada kesempatan tetap terkoneksi di masa pandemi seperti saat ini," kata Izza.
Selain Izza, ada pula Maizan yang menyatakan bahwa pelaksanaan CEP daring ini membuktikan bahwa dalam berbagai kondisi, termasuk pandemi, program pertukaran budaya di antara pelajar yang berbeda kebangsaan tetap dapat dilakukan meski tidak dapat berjumpa secara langsung. Dengan ikut kegiatan pertukaran pelajaran secara virtual ini, para pelajar bisa mengikuti mengetahui berbagai perbedaan di dunia ini dan kondisi masing-masing tanpa harus bertemu secara langsung. "Program ini benar-benar bisa menghubungkan para pelajar Indonesia dengan pelajar berkewarganegaraan lain. Senang sekali bisa berbagi harapan dengan mereka walau fisik berjarak jauh," kata Maizan.
Keke mengatakan Cikal dan Itsukaichi High School akan memperluas kolaborasi, tak hanya bagi murid, tapi juga guru. “Kami sudah berencana untuk memperluas kolaborasi, tidak hanya dengan murid tapi juga dengan guru,” katanya.