TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Tulus mengingatkan pentingnya melatih diri untuk berpikir kritis bagi masyarakat khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Ilmu berpikir kritis itu kian penting pada era yang sangat dinamis seperti saat ini. Ia mengatakan dengan berpikir kritis, setiap orang bisa memilih mana informasi yang penting untuk kehidupan seseorang dan mana yang sebaiknya tidak perlu dipikirkan lagi.
Ia mengingatkan bahwa berpikir kritis pun penting ketika ia berkarya. Berpikir kritis bisa melatih kita untuk menyampaikan karya dengan bahasa yang sederhana dan bisa dimengerti. "Pesan kritis yang kami simpan itu bisa sejalan untuk pendengar kami," katanya dalam acara Webinar program Belajar Online Bareng Sabang Merauke 2020 (BOBA SM 2020) pada Jumat 10 Juli 2020.
Pada acara itu, Tulus berinteraksi dengan anak-anak peserta BOBA SM 2020 membicarakan karyanya. Para peserta BOBA SM 2020 mengkritisi makna beberapa lagu Tulus, seperti Adaptasi dan Gajah. Anak-anak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu juga diminta menyampaikan beberapa pengalaman mereka yang mirip dengan makna lagu-lagu Tulus.
Tulus pun mengomentari berbagai pendapat mereka tentang makna lagu-lagunya. Misalnya dalam lagu Adaptasi, Tulus mengatakan lagu itu mengasah orang untuk berpikir positif. Menurutnya, semua manusia perlu melakukan adaptasi dengan banyak kegiatan. Setiap orang perlu berpikir kritis untuk menyesuaikan diri dan melakukan berbagai perbaikan diri sesuai dengan masalah yang sedang terjadi.
Tulus mencontohkan dalam hal isu lingungan dan perubahan iklim, ada berbagai hal yang perlu kita lakukan demi beradaptasi dengan kondisi itu. "Cara adaptasinya itu, bukan menerima saja kondisi perubahan iklim, tapi harus memperbaiki hidup diri dan melakukan perubahan kebiasaan menjadi baik agar bumi tidak semakin rusak," katanya.
Para pelajar SMP yang mengikuti Boba SM 2020 diperkenalkan dengan keberagaman dan toleransi melalui kelas daring mulai 29 Juni – 11 Juli 2020. Para peserta mendapatkan materi dari beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya. Setelah melalui seleksi yang cukup ketat, 100 pelajar terbaik dinyatakan berkesempatan untuk mengikuti program kelas daring itu. Para peserta terpilih berasal dari Pulau Sumatera (13 pelajar), Pulau Jawa (70 pelajar), Pulau Kalimantan (3 pelajar), Pulau Bali dan Nusa Tenggara Timur (4 pelajar), Pulau Sulawesi (6 pelajar), Pulau Maluku dan Papua (4 pelajar).
Salah satu fokus dari Sabang Merauke adalah memastikan bahwa materi-materi harus dibungkus dengan kemasan yang kreatif agar sesuai dengan perkembangan usia siswa-siswi SMP. Secara khusus, Winni Rulianti, Managing Director Sabang Merauke menyebutkan bahwa para peserta program BOBA SM 2020 akan dibekali dengan kemampuan untuk berempati dan berpikir kritis, terutama untuk melindungi diri dari berita hoaks.