TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan melaporkan upaya program pencegahan melalui deteksi dini dan imunisasi hepatitis pada anak dan ibu hamil di masa pandemi COVID-19 tahun 2020 menurun dibandingkan tahun sebelumnya dan masih jauh dari capaian target.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu mengatakan cakupan imunisasi hepatitis untuk anak baru lahir (HB-0) pada periode Januari hingga Juni baru 40 persen. "Periode Januari-Juni baru sekitar 40 persen, artinya kita harus bekerja keras untuk dapatkan vaksinasi HB-0 mencapai target 90 persen, diikuti dengan imunisasi HB1, HB2, HB3," katanya pada Selasa 28 Juli 2020 di Jakarta.
Wiendra menjelaskan seharusnya cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir diikuti imunisasi hepatitis B 1, 2, dan 3 harus mencapai 80 hingga 90 persen. Dia mengemukakan bahwa cakupan imunisasi hepatitis B pada tahun 2019 secara keseluruhan mencapai 86 persen. Pada lima tahun terakhir, sebenarnya pemeriksaan deteksi dini atau skrining hepatitis B pada ibu hamil terus meningkat, namun angka itu juga anjlok pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19.
Sebagai gambaran, ia mengatakan pemeriksaan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil tahun 2019 secara total yaitu 2,5 juta pemeriksaan, sedangkan hingga triwulan dua tahun 2020 pemeriksaan tersebut baru mencapai 724 ribu pemeriksaan.
Padahal Hepatitis B merupakan penyakit kronis berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi dan tindakan medis dari dokter. Hepatitis merupakan penyakit peradangan sel hati yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit, alkohol, perlemakan, atau obat-obatan. "Sebanyak 80 persen kasus penularan Hepatitis B terjadi dengan cara ditularkan dari ibu yang sudah mengidap hepatitis kepada anaknya," kata Wiendra.