TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti terus menganalisis data kesehatan yang dihasilkan selama pandemi Covid-19 untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait gejala dari penyakit tersebut. Dilansir dari Express UK, sebuah studi anyar yang diterbitkan dalam British Medical Journal (BMJ) berupaya untuk mengkarakterisasi gejala Covid-19 pada populasi di Islandia.
Peneltian terdiri dari semua orang yang pernah dites positif mengidap Covid-19 dengan metode reverse transcription polymerase chain reaction (PT-PCR) pada Maret dan April 2020. PT-PCR adalah penilaian lab jangka panjang yang memiliki standar tinggi.
Adapun, kasus diidentifikasi dengan tiga strategi pengujian, yakni pengujian tertarget yang dipandu oleh kecurigaan klinis, skrining populasi terbuka berdasarkan rujukan mandiri, dan skrining populasi acak.
Semua kasus yang diidentifikasi terdaftar dalam layanan pemantauan telekesehatan dan gejala dipantau secara sistematis dari diagnosis hingga pemulihan. Dari total 1.564 orang positif virus corona, gejala yang paling umum muncul adalah myalgia.
Myalgia umumnya menggambarkan perasaan nyeri dan nyeri otot yang dapat melibatkan ligamen, tendon, dan fasia- jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ lain. Studi tersebut menemukan gejala paling umum adalah myalgia (55 persen), diikuti oleh sakit kepala (51 persen), dan batuk berlarut (49 persen). Sementara itu, demam dan kesulitan bernapas lebih jarang dilaporkan.
Terlepas dari prevalensinya dalam penelitian tersebut, National Health Service (NHS) sejauh ini tidak mencantumkan myalgia sebagai salah satu gejala umum atau utama dari penyakit Covid-19. Sebagaimana diketahui, berdasarkan kesehatan tubuh tanda peringatan utama penyakit ini adalah suhu tinggi, batuk baru dan terus menerus, serta hilangnya atau perubahan indera penciuman dan perasa.
Jika orang merasa memiliki gejala utama virus corona baru, lembaga itu mengatakan mereka harus menjalani tes untuk mengkonfirmasi. Hal tersebut harus dilakukan untuk menghindari penyebaran lebih lanjut.
Selain itu, NHS juga mengungkap beberapa hal yang bisa dilakukan ketika mengalami suhu tinggi seperti banyak minum cairan dan mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen. Jika batuk, cara terbaik adalah menghindari berbaring telentang.
*Artikel ini adalah kerja sama Tempo.co dengan #SatgasCovid-19 demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Tegakkan protokol kesehatan, ingat selalu #pesanibu dengan #pakaimasker, #jagajarakhindarikerumunan, dan #cucitanganpakaisabun.